Pemerintah Amerika Serikat (AS) terus menekan bisnis Huawei supaya tidak berkembang. Analis pasar terkenal, Ming-Chi Kuo memprediksi dua skenario yang bakal terjadi setelah Amerika Serikat terus menekan Huawei.
Dalam skenario terbaik, Kuo memprediksi bahwa Huawei "hanya" akan kehilangan pangsa pasar, terutama di China yang notabene pasar utama Huawei.
Sementara skenario terburuknya, Huawei akan kehilangan bisnis smartphone karena akan kesulitan memenuhi kebutuhan komponen untuk memproduksi ponsel pintar.
Kuo menjelaskan, dalam skenario pertama, apabila pangsa pasar Huawei diambil alih oleh pesaingnya di pasar China, maka tren teknologi juga akan melambat di Negeri Tirai Bambu.
Sebab, Huawei akan kesulitan memenuhi teknologi untuk meng-upgrade produknya, terutama untuk meningkatkan sektor kamera, HDI, memori, dan chip 5G.
Pabrikan semikonduktor MediaTek kabarnya menjadi kandidat kuat untuk memasok komponen vital smartphone Huawei setelah 15 September mendatang.
Namun, perusahaan asal Taiwan itu juga harus mendapat izin dari pemerintah AS supaya teknologinya bisa digunakan Huawei.
Dirangkum My Fix Guide, dalam aturan sebelumnya dijelaskan bahwa pemasok komponen semikonduktor pihak ketiga untuk Huawei tidak terdampak pembatasan bisnis. Namun, aturan kemudian itu direvisi pada 17 Agustus.
Regulasi yang berulang kali direvisi ini semakin mempersempit ruang gerak Huawei untuk berbisnis dengan perusahaan AS, sekalipun lewat pihak ketiga. Pada 15 September mendatang, chipset Kirin tidak bisa lagi diproduksi gara-gara konflik bisnis ini.
"Sayangnya di putaran kedua sanksi dari AS, produsen chip kami hanya bisa menerima pemesanan sampai 15 Mei. Produksi akan ditutup 15 September. Tahun ini akan menjadi generasi terakhir chipset high-end Kirin," jelas Richard Yu, CEO Consumer Business Unit Huawei, dihimpun dari Associated Press.
Departemen Perdagangan AS kemudian kembali merevisi aturan yang semakin membatasi ruang gerak bisnis smartphone Huawei pada 17 Agustus lalu. Huawei dan afiliasinya dilarang menggunakan produk teknologi dan software buatan AS.
"Karena kami telah membatasi aksesnya ke teknologi AS, Huawei dan afiliasinya yang telah bekerja dengan pihak ketiga untuk memanfaatkan teknologi AS dengan cara merusak keamanan nasional AS dan kepentingan kebijakan luar negeri," begitu bunyi revisi aturan terbaru.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR