Kian banyak organisasi atau perusahaan yang beralih ke cloud. Dan mereka kini tidak hanya memindahkan aplikasi proses bisnis yang bersifat generik tapi juga aplikasi dan data yang berkategori mission-critical. Bagaimana tren ini memengaruhi perkembangan sistem database?
Dr Feifei Li, VP Alibaba Group dan President, Database Products Business Unit, Alibaba Cloud Intelligence melihat adanya empat tren utama di area sistem database akibat adopsi cloud yang terus meningkat.
“Tren pertama di industri database adalah diadopsinya teknologi cloud-native. Yang dimaksud dengan cloud-native di sini adalah resource pooling, meletakkan sumber daya dalam satu pool , bukan dalam instance yang terpisah,” jelasnya.
Kedua, Dr. Feifei melihat batas antara OLAP/analytics database dan solusi big data semakin tidak nyata. “Dari sudut pandang bisnis, akan lebih bermanfaat bagi bisnis jika ada satu ekosistem yang dapat mengelola transaction workload dan analytical workload. Yang dimaksud dengan analytical workload di sini adalah online interactive analytics maupun offline batch analytics. Akan lebih menyenangkan bagi bisnis jika mereka bisa memindahkan data di antara dua ekosistem itu tanpa perlu merasa khawatir,” paparnya.
Tren ketiga adalah kebutuhan sistem yang cerdas. Sistem yang lebih cerdas dibutuhkan karena perusahaan harus dapat menyederhanakan orketrasi dan administrasi proses dalam mengelola data bervolume besar dan database instance dalam jumlah besar pula. “Memiliki kapabilitas kecerdasan ini untuk mengurangi kompleksitas sekaligus meningkatkan efisiensi adalah sesuatu yang kritis,” jelas Dr. Feifei Lli.
Tren selanjutnya adalah keamanan dan integritas. “Kami melakukan banyak penekanan pada keamanan dan integritas sistem dan platform kami. Misalnya, kami menggunakan teknologi enkripsi dan SQL auditing tools untuk memastikan data dan sistem selalu terlindungi,” tegas Dr. Feifei..
Melihat tren tersebut, sistem database cloud-native Alibaba Cloud yang diluncurkan bulan Juni lalu difokuskan pada pada integrasi teknologi cloud-native dan distribusi. “Kemudian di atasnya kami bangun sistem yang elastis, aman, dan andal; kemampuan hybrid transaction/analytics processing (HTAP) dan dukungan untuk multi-model data; kecerdasan untuk self-driving database; dan dukungan hybrid serta multi cloud,” papar Dr. Feifei Li.
Sebagai catatan, kemampuan HTAP, apalagi yang cloud-native, juga kian dilirik oleh banyak perusahaan. Kemampuan ini memungkinkan sistem database menggabungkan transaksi dan analytics dalam satu database sehingga mendukung proses yang lebih cepat dan simpel.
Menjawab kebutuhan pasar, Alibaba Cloud menawarkan portofolio sistem database cloud-native yang lengkap, mulai dari sisi Operation Platform (MyBase, DAS, Cloud-Native Resource Management); Database Engine (OLTP, OLAP, dan NoSQL); sampai dengan Tools Utility (DTS, DBS, ADAM, dan DMS).
Baca juga: Alibaba Cloud Umumkan Ketersediaan Layanan Apsara di Indonesia
Dr. Feifei Li menyebut internet company sebagai pengadopsi pertama cloud-native database system. “Namun sejak tahun lalu, kami melihat teknologi ini merambah ke sektor tradisional, seperti manufaktur, logistik, bahkan toko-toko brick & mortal. Mereka adalah gelombang kedua yang beralih ke cloud. Dan yang terakhir adalah institusi keuangan tradisional,” jelasnya.
Salah satu pelanggan Indonesia yang diangkat dalam sesi media briefing ini datang dari sektor retail, yaitu Kopi Kenangan. Dr. Feifei memaparkan bagaimana Kopi Kenangan sepenuhnya memanfaatkan cloud-native database, mulai dari PolarDB sebagai OLTP database dan AnalyticsDB yang merupakan cloud-native data warehouse. Selain TCO yang lebih rendah, Dr Feifei mengatakan bahwa Kopi Kenangan juga dapat menyederhanakan operasi dan pengelolaan berkat sistem database yang berbasis cloud ini.
Ada pula nama Akulaku dan Investree di antara perusahaan Indonesia yang memilih teknologi database Alibaba Cloud untuk menjawab kebutuhan utama bisnis mereka.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR