Penulis: Tyler Suss, Direktur Pemasaran Produk, Kofax
Ada satu istilah baru yang sedang ramai diperbincangkan di dunia automasi. Mungkin Anda juga pernah mendengarnya disinggung dalam rapat atau dilontarkan dalam diskusi strategis. Begitu tersohornya, Gartner menyebutnya paling penting di antara 10 tren teknologi strategis tahun 2020. Istilah yang dimaksud adalah “hiperautomasi”.
Gartner mendefinisikan hiperautomasi sebagai penerapan teknologi tingkat tinggi, yang meliputi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) dan Pembelajaran Mesin (Machine Learning/ML), untuk semakin mengautomasi proses dan melipatgandakan kemampuan manusia.
Hiperautomasi tidak hanya merujuk kepada serangkaian perangkat yang dapat diautomasi, tetapi juga mencakup kecanggihan automasi tersebut (penemuan, analisis, desain, pengautomasian, pengukuran, pengawasan dan penilaian ulang).
Sepanjang 2020, gangguan digital membuat banyak perusahaan terpaksa berinovasi agar dapat semakin cepat merampingkan kegiatan operasional internal dan pengalaman yang bersentuhan langsung dengan pelanggan. Hanya hiperautomasi yang mampu memberikan kecepatan dan kelincahan yang dibutuhkan perusahaan untuk sukses.
Jika Anda ingin memahami hiperautomasi, mulailah dari Automasi Cerdas (Intelligent Automation/IA). Tidak ada yang dapat menandingi kemampuan platform IA dalam menghiperautomasi proses, menambah kepuasan karyawan, meningkatkan kepatuhan serta mendorong efisiensi operasional.
Baca Juga: Evolusi dan Pergeseran Tren Layanan Pelanggan di Indonesia
Percepat Hiperautomasi dengan Automasi Cerdas
Hiperautomasi memerlukan penerapan kombinasi yang pas dari ketepatan teknologi, urutan, dan waktu. Platform automasi cerdas menyediakan peralatan yang diperlukan perusahaan untuk mendorong mulainya transformasi digital, dengan mengidentifikasi dan menerapkan AI serta teknologi tingkat tinggi lainnya secara cepat demi manfaat yang maksimal bagi bisnis.
Platform automasi cerdas menerapkan metodologi yang mampu mengorbitkan perusahaan ke kondisi hiperautomasi melalui:
1. Penemuan proses: Perusahaan dapat menggunakan AI untuk menganalisis pola dan tugas dengan mudah, sehingga peluang automasi dapat segera teridentifikasi. Perusahaan juga dapat menemukan potensi masalah terkait kepatuhan atau peraturan, dan menanganinya dengan cepat.
2. Orkestrasi arus kerja digital: Membuat dan menjalankan arus kerja digital terautomasi secara terpusat lewat kerja sama dengan aplikasi dan tenaga kerja manusia yang tersedia. Melalui orkestrasi manusia, tindakan, robot perangkat lunak, kebijakan dan sistem, perusahaan dapat menganalisis, mengukur serta mengoptimalkan kegiatan bisnis.
3. Automasi Proses Robotik (Robotic Process Automation/RPA): Automasi cerdas membuat RPA tidak sekadar melakukan proses berbasis tugas, tetapi juga mampu mendukung alur kerja yang lebih kompleks dan panjang. Tugas-tugas manual yang berulang dapat diautomasi secara andal dan efisien di seluruh bagian perusahaan, bahkan melalui antarmuka web dan aplikasi bisnis. Dengan kemampuan automasi “cerdas” terintegrasi seperti tangkapan kognitif (cognitive capture), orkestrasi proses, dan analitik, para pekerja manusia dapat fokus pada tugas-tugas yang lebih memerlukan pemikiran kritis serta memberikan nilai tambah bagi perusahaan dan pelanggan.
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR