Puncak lonjakan konversi retargeting terjadi pada bulan Mei (8,1%) – Juni (7,9%) yang melampaui periode Q4 sebesar 36%.
Indonesia mengalami penurunan penginstalan non-organik sebesar 40% antara bulan Oktober 2019 (6,2%) dan Januari (3,7%).
Akan tetapi, terdapat kenaikan yang lambat menjelang bulan April (4,4%) namun kemudian meningkat cukup drastis 15% pada bulan Mei (5,7%).
Pandemi COVID-19 secara keseluruhan juga telah mendorong pertumbuhan aplikasi di Asia Pasifik yang terlihat dari naiknya minat di aplikasi shopping, di mana biasanya digunakan para pelanggan untuk membeli produk atau sekedar ‘window shop’.
Sebelum pandemi terjadi, di Asia Pasifik terdapat pertumbuhan sebesar 28% di angka sesi in-app, antara bulan Juli 2019 (5%) dan Desember 2019 (6,4%).
Sama halnya dengan Indonesia yang mengalami lonjakan sesi user sebesar 70% selama periode wacana pemberlakuan PSBB pada bulan Februari 2020 (5,2%) hingga Ramadan pada Mei 2020 (9,1%) yang membuat lebih banyak orang berbelanja untuk keluarga mereka.
Angka ini berkurang ke 8,1% pada Juni 2020 ketika Indonesia memasuki periode PSBB transisi.
Kemudian, antara bulan Juli 2019 hingga November 2019, laporan ini juga menunjukan naiknya penginstalan aplikasi e-commerce sebesar 17% selama musim liburan di Asia Pasifik, dengan penginstalan aplikasi shopping umum lebih diminati dibandingkan dengan aplikasi marketplace.
Selama periode 11.11 pada bulan November 2019, Indonesia mengalami rata-rata pembelian per user di aplikasi shopping tumbuh sebesar 40% antara bulan September (4,10) dan November 2019 (5,77).
Pertumbuhan lanjutan diharapkan terjadi selama festival belanja online 11.11 pada November 2020, ketika pada periode yang sama tahun lalu aplikasi e-commerce dan shopping juga mencapai puncak permintaan tertinggi.
Baca Juga: Alasan Apa Saja yang Membuat Agnez Mo Menyukai Belanja Online
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR