Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menegaskan reformasi digital menjadi sangat penting terutama di perbankan. Apalagi di tengah pandemi COVID-19, masyarakat lebih memilih transaksi digital.
Perry mengatakan reformasi digital perbankan salah satunya bisa dilakukan melalui open banking. Kebijakan open banking dapat membantu perbankan tidak kalah dari fintech.
"Kami dorong open banking sejak Mei 2019, saya tegaskan ayo kalau gak melakukan open banking pasti ketinggalan. Financial sector bakalan kalah dari fintech," ujarnya melalui webinar virtual.
Open banking merupakan menyediakan layanan perbankan melalui gadget dengan bantuan dan berkolaborasi dengan fintech. Kedua lembaga ini juga saling berbagi dan mengelola data bersama-sama.
Dari catatan BI, setidaknya sudah ada 15 Bank yang saat ini melakukan reformasi ke arah digital banking. Diharapkan, ke depannya, makin banyak bank yang mengikuti langkah tersebut.
Perry menjelaskan, selama pandemi ini transaksi keuangan digital meningkat tajam sampai 37,8%. Sementara, penggunaan kartu debit turun sebesar 18,9%.
"Bisnis digital banking meningkat tinggi. Penggunaan uang elektronik juga tinggi. Ini menunjukkan digitalisasi perlu dijawab melalui transformasi digitalisasi," kata dia.
Lanjutnya, bahkan BI telah melakukan reformasi digital sejak tahun lalu dengan merilis Sistem Pembayaran 2025 pada Mei 2019. Peluncuran dilakukan sebelum adanya pandemi COVID-19 dan ternyata itu sangat dibutuhkan saat ini.
"Kami luncurkan karena tren digitalisasi sangat cepat. Makanya kita luncurkan sistem pembayaran itu kita ga tau bakal ada pandemi," kata dia.
Peluncuran SP 2025 ditujukan untuk mengintegrasikan sistem keuangan Indonesia menjadi lebih simpel.
Jadi nantinya bisa menyambungkan antara pelaku usaha ke fintech dan lainnya secara end to end process.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Cakrawala |
KOMENTAR