Blackpink merupakan girlband asal Korea Selatan yang menduduki tingkat pertama di daftar artis yang paling sering dicari oleh netizen di Indonesia.
Perusahaan keamanan siber McAfee telah meneliti risiko dari aktivitas mencari nama-nama artis terkenal di dunia maya yang dapat membahayakan pengguna internet.
Lagu duet dengan Selena Gomez berjudul “Ice Cream” mendatangkan rekor baru di deretan kemenangan Blackpink yaitu menjadi artis pemilik kanal YouTube dengan subscribers terbanyak kedua di dunia dengan 44.8 juta subscribers.
Dunia musik global juga sudah familiar dengan Blackpink sebagai girlband Korea yang hobi memecahkan rekor, seperti menjadi artis wanita Korea dengan peringkat tertinggi di Billboard Top 100 - “Ice Cream” dan “Kill This Love” di posisi ke-13 dan ke-24.
Menyusul kesuksesan dan jutaan penggemar global mereka, Blackpink menjadi artis paling dicari oleh netizen di Indonesia.
Penelitian McAfee menunjukkan bahwa grup atau artis populer sebenarnya bisa menjadi sosok yang paling berbahaya untuk ditelusuri di internet, karena nama mereka menghasilkan tautan online yang memiliki bahaya tinggi.
Mengikuti Blackpink, boyband asal Korea Selatan, EXO, menempati posisi kedua sebagai selebriti paling dicari dengan risiko kejahatan siber di Indonesia, bersama dengan Zayn Malik dan Gigi Hadid, di nomor 3 dan 4, pasangan Hollywood yang baru saja menjadi orangtua.
Selebritas Indonesia yang terkenal dengan persona TV dan saluran YouTube-nya, Raffi Ahmad, menempati urutan ke-5 dalam daftar tersebut, diikuti oleh Selena Gomez yang baru-baru ini merilis single dengan Blackpink (No. 6) dan Atta Halilintar, YouTuber Indonesia yang terpopuler ke-22 di dunia tahun 2020 (No. 7).
Di urutan selanjutnya adalah bintang Korea yang berperan di Boys Over Flowers dan The King: Eternal Monarch, Lee Min Ho (No. 8), Aurel Hermansyah (No. 9) yang terkenal karena persona media sosialnya dan pertunangannya dengan Atta Halilintar, serta mantan member JKT48, Adhisty Zara (No. 10).
Daftar artis yang paling banyak ditelusuri merupakan peringatan bagi netizen Indonesia untuk lebih mewaspadai risiko hiburan gratis di ranah online.
Konten mengenai artis populer dapat membuat netizen secara tidak sengaja mengklik tautan berbahaya.
Baca Juga: Kaspersky: Serangan Ransomware Maze Alami Peningkatan di Asia Tenggara
Apalagi, penggunaan media sosial dan layanan online kian meningkat di Indonesia berkat adanya peraturan pencegahan Covid-19, seperti PSBB. Hal itu meningkatkan aktivitas mereka di berbagai perangkat dan menjelajahi internet untuk mencari berbagai macam hiburan.
Pelaku kejahatan siber telah mengikuti tren ini dan melihat perilaku konsumen untuk mengembangkan strategi penipuan mereka.
“Penjahat siber dengan cepat memanfaatkan ketertarikan konsumen pada budaya selebriti, menipu semakin banyak pengguna untuk mengakses situs atau konten berbahaya untuk mendapatkan hiburan gratis,” kata Shashwat Khandelwal, Head of Southeast Asia Consumer McAfee.
“Pengguna mungkin tidak sepenuhnya menyadari risiko mereka di internet, dan seberapa bahaya kejahatan siber ini terlebih dengan adanya pencurian data pribadi. Sangat penting bagi konsumen untuk belajar melindungi kehidupan digital mereka dari aktor kejahatan online dengan berpikir dua kali sebelum mengakses situs atau konten tertentu, terutama karena penjahat terus menerapkan praktik penipuan seperti situs palsu yang menawarkan konten gratis,” tambahnya.
Menghindari Biaya Langganan
Banyak orang di Indonesia rela mencari cara untuk menghindari biaya langganan demi mengakses konten eksklusif dan populer di platform streaming video seperti Netflix, yang menampilkan The King: Eternal Monarch untuk melihat Lee Min-ho, atau di platform streaming musik seperti Spotify, Apple Music dan Joox, yang membawakan lagu-lagu oleh Blackpink, Selena Gomez, EXO serta single Zayn Malik yang baru dirilis.
Terlepas dari ketersediaan lagu dan film populer melalui layanan streaming, dan akses konsumen ke lebih banyak konten daripada sebelumnya, banyak yang masih memilih untuk mempertaruhkan keamanan diri mereka dengan imbalan konten bajakan.
Tentunya sangat penting bagi semua orang untuk memahami bahwa hal tersebut dapat membuka diri terhadap kejahatan siber yang semakin cerdas, seperti virus atau malware di torrent atau unduhan bajakan yang dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar daripada biaya langganan platform resmi.
“Dengan akses hiburan dan musik yang dibatasi oleh biaya berlangganan, orang Indonesia lebih memilih untuk mengunduh konten secara ilegal, sehingga berisiko menjadi korban kejahatan siber dan kehilangan informasi pribadi,” jelas Shashwat.
Baca Juga: Tren Serangan Ransomware Meningkat, Lakukan Tiga Langkah Ini
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR