Retweet adalah salah satu fitur yang biasa digunakan pengguna media sosial Twitter untuk membagikan ulang sebuah cuitan.
Namun terkadang banyak informasi yang dibagikan melalui fitur tersebut merupakan informasi yang salah atau hoaks.
Hal ini lantas menyebabkan spekulasi, rumor, hingga membuat banyak orang resah karena berita hoaks ini.
Twitter bertanggung jawab untuk memberikan informasi yang benar kepada pengguna menjelang pemilu di AS.
Salah satu hal yang mereka rencanakan adalah menempatkan beberapa pembatasan untuk fiitur retweet yang ada di Twitter seperti dikutip The Verge.
Baca Juga: Twitter Ungkap Lima Fakta Perilaku Konsumen Jelang Momen Belanja 2020
Menurut Twitter, setiap kali pengguna mencoba me-retweet sebuah posting mereka didorong untuk menambahkan komentar untuk memberikan konteks lebih banyak pada posting tersebut daripada hanya me-retweet secara membabi buta.
Perusahaan Twitter mencatat ''Meskipun ini menambah beberapa gesekan ekstra bagi mereka yang hanya ingin me-Retweet, kami berharap ini akann mendorong semua orang untuk tidak hanya mempertimbangkan mengapa mereka memperkuat Tweet, tetapi juga meningkatkan kemungkinan orang menambahkan pemikiran, reaksi dan perspektif percakapan.''
Hal ini adalah tindakan sementara yang akan mereka lakukan mulai tanggal 20 Oktober hingga akhir pemilihan, tetapi siapa bilang itu tidak akan menjadi fitur permanen.
Platform seperti WhatsApp memperkenalkan fitur serupa di mana mereka membatasi berapa kali pesan dapat diteruskan untuk membantu mencegah penyebaran informasi yang salah, namun sejauh ini nampaknya terbilang sukses sehingga mungkin saja Twitter tertarik untuk menjadikannya fitur andalan di media sosial Twitter.
Baca Juga: Twitter Bakal Blokir Akun Pengguna yang Doakan Trump Meninggal
Source | : | The Verge |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR