Penelitian ini juga menyoroti kebutuhan terhadap proses pendinginan (cooling) yang memakan energi 35%-40% dari total kebutuhan energi data center. Teknologi dan proses pendinginan yang hemat energi – termasuk pendinginan dengan zat cair – merupakan peluang besar bagi operator data center untuk mengurangi penggunaan energi dan biaya.
“Sangat menggembirakan melihat bahwa sebagian besar pelanggan di kawasan ini memandang sustainability sebagai pertimbangan utama saat memilih penyedia data center,” kata Digital Realty Senior Director of Sustainability, Aaron Binkley.
“Hal ini sejalan dengan posisi Digital Realty dalam hal sustainabilitas dan komitmen kami untuk membawa emisi kami sejalan dengan skenario perubahan iklim jauh di bawah dua derajat sebelum tahun 2030. Kami percaya teknologi pendinginan akan menjadi game changer bagi data center, terutama di iklim tropis Asia Tenggara,” imbuhnya.
Indonesia dan Malaysia, Dua Primadona
Laporan baru ini juga mengidentifikasi Indonesia dan Malaysia sebagai rising star atau primadona yang berkembang pesat dan diperkirakan akan semakin meningkatkan pangsa pasar data center di kawasan ini. Kedua negara ini menawarkan kemudahan akses dan biaya masuk yang lebih rendah dibandingkan Singapura. Keduanya juga memiliki basis pelanggan digital dan pelanggan melek teknologi yang berusia muda dan berkembang cepat, yang mendorong pertumbuhan e-commerce dan industri teknologi yang dinamis, serta meningkatkan kebutuhan penyimpanan data.
Indonesia memiliki basis pengguna internet keempat terbesar di dunia dan satu-satunya anggota ASEAN dalam dalam kelompok G20. Dalam hal potensi pertumbuhan berkelanjutan, Indonesia memiliki cadangan energi geothermal (panas bumi) terbesar di dunia serta salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia yang bisa mengakomodasi pembangkit listrik tenaga angin dan generator arus pasang surut dalam skala besar. Tenaga air saat ini merupakan sumber energi terbarukan terbesar di Indonesia, sedangkan energi geothermal, bio thermal, surya dan angin diharapkan akan mengalami pertumbuhan eksponensial dalam beberapa tahun ke depan.
“Kami berharap whitepaper ini akan memicu perbincangan di kawasan ini dan lebih mendorong dunia bisnis, pemerintah dan masyarakat lebih luas untuk mengambil tindakan dalam meraih target bersama menciptakan ekonomi digital yang berkembang, sekaligus memastikan masa depan yang tangguh dan berkelanjutan,” kata Cheam.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR