Kasus kebocoran data pengguna masih terus menimpa perusahaan di Indonesia, khususnya perusahaan di bidang teknologi.
Di tahun ini saja, sudah ada beberapa perusahaan teknologi yang mengalami kasus ini, seperti Tokopedia, Bhinneka, Bukalapak, dan yang terbaru yaitu Cermati.com.
Melihat hal itu, tentunya menjadi pelajaran penting bagi perusahaan teknologi lainnya agar bisa menjaga seluruh keamanan data para penggunanya dari ancaman penjahat siber.
Terkait kebocoran data, survei Kaspersky menunjukkan bahwa setiap kebocoran data yang dialami perusahaan di Asia Tenggara mampu menelan biaya rata-rata lebih dari $1 juta.
Belum lagi, perusahaan juga berpotensi kehilangan tambahan sebanyak $186 juta pada setiap peluang setelah insiden kebocoran data yang dialami.
“Penjahat siber tidak memperhitungkan waktu saat akan bertindak. Ketika mereka mendeteksi kerentanan apa pun di sistem perusahaan, sesegera mungkin mereka mengeksploitasinya. Oleh karea itu, perusahaan harus terus memperkuat pertahanan mereka untuk menjaga keamanan data perusahaan dan pelanggannya,” ujar Stephan Neumeier, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky, dalam keterangan resmi yang diterima InfoKomputer.
Baca Juga: Selain Cermati.com, 16 Perusahaan Ini Juga Alami Kebocoran Data
Lebih lanjut, Stephan menuturkan jika kebocoran data tentunya dapat berdampak buruk pada reputasi organisasi dan keuntungan finansial. Ini berlaku untuk di semua bidang, termasuk teknologi.
Karena itu, berikut ini ada beberapa praktik terbaik yang bisa diterapkan perusahaan untuk mencegah terjadinya kebocoran data:
Sedangkan untuk perusahaan teknologi besar yang menangani jutaan data pengguna, Kaspersky menyarankan:
Baca Juga: Nih! Beberapa Life Hack Bermanfaat untuk Pengguna Layanan Netflix
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR