Perkembangan teknologi dan ekonomi digital yang begitu pesat membawa tantangan baru bagi infrastruktur energi, seperti peningkatan konsumsi energi, konstruksi yang lambat, dan operasi serta pemeliharaan yang tidak efisien.
Hal itu disampaikan oleh Zhou Taoyuan, President Digital Power Product Line, Huawei, di ajang BETTER WORLD SUMMIT 2020 yang bertema "Power Digitalization 2025".
Dengan pesatnya perkembangan teknologi baru, seperti 5G, cloud, AI, big data, dan IoT, transformasi digital telah dimulai dan membuka serta mewujudkan era digital yang serba terhubung, dan cerdas. Hal ini telah membuat pengembangan 5G dan pusat data berskala besar menjadi sorotan.
Namun pada saat yang bersamaan, pembangunan 5G dan pusat data berskala besar dan cepat telah membawa tantangan besar bagi infrastruktur energi, seperti peningkatan konsumsi energi, periode konstruksi pembangunan yang lama, serta biaya pengoperasian dan pemeliharaan yang tinggi.
Zhou mengingatkan bahwa biaya listrik telah menggerogoti keuntungan para operator data center. Sementara itu, biaya listrik menghabiskan lebih dari 60% dari TCO data center selama 10 tahun. Walhasil, efisiensi sumber daya listrik adalah kunci bagi para operator data center untuk meraih keuntungan yang lebih baik.
Andy Ma, CEO Huawei Indonesia Carrier Business mengatakan bahwa Indonesia sebagai bagian dari komunitas global yang mengadopsi transformasi digital juga memiliki tantangan konsumsi daya TIK yang sama seperti yang dihadapi negara lain.
“Konsumsi daya TIK global, termasuk Indonesia, mengalami peningkatan. Saat ini, konsumsi daya TIK mencapai hingga 2% dari total konsumsi daya global dan diperkirakan akan mencapai 5% pada tahun 2030. Tidak terkecuali konsumsi daya listrik di setiap stasiun transmisi," Andy menambahkan.
“Energi, sebagai fondasi dunia digital, telah menjadi bagian penting dalam memperkuat daya saing di era ekonomi digital,” kata Zhou Taoyuan. Oleh karena itu, industri perlu memiliki kepedulian yang tinggi terhadap penggunaan energi dan meningkatkan investasi.
Huawei mengintegrasikan teknologi daya tradisional dan digital, dan menyediakan solusi energi digital yang simpel, ramah lingkungan, dan andal untuk mewujudkan digitalisasi daya. "Dengan cara ini, kami dapat menggunakan 'Bit to manage Watt," ujar Zhou.
“Huawei menggunakan arsitektur jaringan target untuk memandu perencanaan, konstruksi, operasional dan perawatan (O&M) dan pengoperasian infrastruktur daya digital, yang mendorong pesatnya perkembangan ekonomi digital," jelas Fang Liangzhou, Kepala Pemasaran Huawei Digital Power Product Line Huawei.
Mengenai site power, Huawei mengusulkan penerapan 5G tanpa meningkatkan biaya operasional yang terkait site power, dan bertujuan untuk mengurangi biaya dari tiga aspek serta memanfaatkan sumber-sumber baru. Sedangkan untuk pusat data, Huawei mengusulkan fasilitas pusat data generasi mendatang yang sederhana, hijau, cerdas, dan andal yang menggunakan inisiatif "empat rekonstruksi" untuk mengatasi masalah seperti periode pembangunan pusat data yang lama, konsumsi energi yang tinggi, dan O&M yang penuh tantangan.
“Fasilitas site energy yang ada saat ini tidak dapat memenuhi kebutuhan daya untuk cakupan 5G. Ada kebutuhan mendesak untuk reformasi dan inovasi di bidang ini. Digitalisasi, sistem daya 5G yang cerdas dan terintegrasi memungkinkan penyebaran jaringan 5G yang lebih cepat, lebih terjangkau, dan lebih sederhana,” ujar Liu Baochang, Deputi Direktur Departemen Energi Informasi, China Mobile Group Design Institute Co., Ltd, dalam mengungkapkan pendapatnya tentang tren dan wawasan pengembangan site power di era 5G.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR