Meningkatnya tren gaya hidup sehat, ditambah situasi pandemi saat ini, konsumen maupun pelaku industri pangan kian memberi perhatian pada keamanan produk makanan. Namun ternyata ada gap di antara harapan konsumen dan keyakinan produsen.
Fakta itu terungkap dalam hasil Food Safety Supply Chain Vision Study yang dilakukan Zebra Technologies (Zebra). Studi ini menyoroti pandangan konsumen dan para leader di industri makanan dan minuman di seluruh dunia tentang masalah keamanan, traceability (bisa tidaknya produk dilacak hingga ke asalnya), dan transparansi produk makanan dan minuman mulai dari distribusi dan pergudangan hingga ke toko-toko grosir dan restoran.
Konsumen Sulit Memaafkan Jika Alami Insiden
Dari survei daring global yang diikuti oleh 4.957 konsumen tersebut diketahui bahwa kekhawatiran utama responden tentang keamanan pangan utamanya mencakup kebersihan dapur restoran dan kebersihan pramusaji, wabah yang menular melalui makanan, penyakit yang disebabkan oleh makanan yang terkontaminasi, serta penarikan makanan dan minuman.
Hampir tiga perempat (73 persen) konsumen di kawasan Asia Pasifik menyebutkan bahwa penyakit dan kematian akibat makanan yang terkontaminasi adalah risiko yang paling mengkhawatirkan dalam supply chain makanan.
Dan ketika mengalami insiden yang terkait makanan, konsumen menyatakan tidak akan mudah memaafkan hal itu. Bahkan enam dari 10 responden tidak akan kembali ke restoran yang membuat mereka terjangkit penyakit atau keracunan dari makanan yang disajikan. Delapan puluh persen konsumen mengatakan perusahaan bertanggung jawab menerapkan solusi keamanan pangan dan memastikan bahwa semua makanan mereka betul-betul aman.
Khususnya di Asia Pasifik bahkan 93 persen responden berpendapat perusahaan secara etika bertanggung jawab untuk memastikan keamanan produk pangannya.
Selain itu, 70 persen responden konsumen sangat ingin tahu bagaimana makanan dan bahan-bahannya diproduksi, dipersiapkan, dan dikelola. Sementara 69 persen mengatakan bahwa sumber makanan yang mereka konsumsi juga penting untuk diketahui.
Harapan Konsumen vs Keyakinan Industri
Survei yang juga diikuti oleh 462 perusahaan di bidang pangan di seluruh dunia itu juga memperlihatkan adanya gap antara keyakinan konsumen dan para pemimpin di industri pangan.
Tujuh dari 10 (69 persen) leader di industri makanan dan minuman mengatakan bahwa industri ini sebenarnya siap untuk mengelola traceability dan transparansi makanan. Namun apa daya hanya 35 persen konsumen yang memiliki pendapat yang sama. Bahkan hanya 13 persen konsumen yang merasa bahwa industri benar-benar siap mengelola traceability dari produk pangan dan bersikap transparan tentang cara diistribusinya di supply chain yang ada.
Bagaimana pendapat para pelaku industri? Ternyata hanya 27 persen yang yakin bahwa mereka benar-benar siap. Dan separuh (51 persen) leader yang disurvei mengakui bahwa pemenuhan ekspektasi konsumen akan menjadi tantangan sampai lima tahun ke depan. Jadi para konsumen harus lebih bersabar karena harapannya belum bisa terwujud dalam waktu dekat.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR