Saat ini, TAM sudah memiliki data warehouse yang mengintegrasikan semua data dari proses bisnis, mulai dari data pelanggan, data penjualan, sampai data bengkel. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana meningkatkan utilisasi data ini. “Contohnya di sisi sales, bagaimana kita bisa melakukan cross selling ke value chain yang kita miliki seperti leasing dan insurance,” tambah Darmadi.
Contoh pemanfaatan lain adalah melakukan customer personalization, yang bisa dilakukan dengan memanfaatkan data pelanggan yang ada. “Jadi saat jualan, kami bisa lebih fokus dan tidak asal jualan,” tambah Darmadi. Selain itu, TAM juga sedang menjajaki pemanfaatan teknologi face recognition untuk membantu meningkatkan pelayanan kepada konsumen.
Sementara di sisi proses bisnis internal, TAM banyak melakukan efisiensi dengan mengadopsi RPA (Robotic Processing Automation). Inisiatif lain yang sudah diimplementasikan adalah pemanfaatan machine learning untuk memprediksi tren permintaan konsumen dan alokasi kendaraan.
Sedangkan jika meneropong ke masa depan, Darmadi melihat peran teknologi informasi akan krusial dalam mendukung visi Toyota ke depan. Mengutip ucapan Akio Toyoda (President Toyota Motor), Toyota di masa depan tidak hanya sekedar pembuat mobil. Toyota akan menjadi mobility company yang akan memudahkan konsumen untuk melakukan mobilitas kesehariannya. Ke depannya TAM juga akan mengimplementasikan sensor telematik, yang memungkinkan konsep connected car ketika setiap kendaraan dapat saling berkomunikasi.
Seperti perusahaan lain, TAM memang harus melakukan transformasi digital agar tetap relevan dengan perubahan zaman. Namun Darmadi meyakini, teknologi informasi dapat membantu TAM menjawab semua tantangan tersebut. “Yang penting adalah bagaimana IT dapat berperan membantu transformasi bisnis TAM ke depan,” ungkap Darmadi.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR