Pandemi corona menyerang sendi-sendi ekonomi dunia, termasuk Indonesia.
Sebelum pandemi Covid-19, perekonomian Indonesia bisa tumbuh 5%-6%. Sejak pandemi, ekonomi RI mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut sehingga jatuh ke jurang resesi.
Rudi Salahuddin (Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan UMKM) mengatakan ekonomi digital memiliki peranan penting. Salah satunya adalah peningkatan belanja online yang tidak hanya untuk kebutuhan tersier saja, melainkan kebutuhan primer.
"Hasil riset Google menunjukkan, dampak teknologi digital, ada peningkatan penjualan 26% dari rata-rata bulanan di Indonesia," jelasnya dalam acara Indonesia Digital Conference 2020 pada Selasa (15/12/2020).
Hal itu membuat potensi ekonomi digital di Indonesia menjadi terbuka lebar. Apalagi, total populasi di Indonesia mencapai 272,1 juta orang. Dari jumlah tersebut, jumlah pengguna ponsel mencapai 338,2 juta orang.
"Tentunya ini menjadi peluang yang sangat besar," imbuhnya.
Selain itu, besarnya potensi ekonomi digital di Indonesia juga dapat dilihat dari penetrasi internet tahun ini yang hampir menjangkau 200 juta orang. Trafik internet juga mengalami kenaikan sekitar 15%-20%.
"Yang menarik, ada kenaikan sebesar 37% konsumen baru di ekonomi digital pasca Covid-19 di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 93% di antaranya akan tetap memanfaat produuk ekonomi digital meski pandemi usai nantinya," papar Rudi.
Tantangan
Ada sejumlah tantangan yang paling mendesak terkait perkembangan ekonomi digital di Indonesia.
Pertama, dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM).
"Saat ini, literasi digital kita sangat rendah. Oleh karenanya, kami mendorong revitalisasi pendidikan di sekolah formal maupun kursus-kursus seperti yang dilakukan pemerintah lewat program Kartu Pekerja," jelasnya.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR