Revolusi industri 4.0 menuntut pelaku bisnis untuk menyusun strategi yang tepat agar mampu bertahan di tengah disrupsi teknologi. Aktivitas bisnis tidak lagi bisa sepenuhnya bergantung pada proses konvensional dan transformasi digital menjadi hal yang tak bisa dihindari.
Transformasi digital semakin diperlukan ketika pandemi merebak pada awal 2020. Digitalisasi di berbagai lini kehidupan semakin pesat, didorong oleh kebijakan untuk menerapkan bekerja jarak jauh atau remote working bagi perusahaan.
Mengutip data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), penetrasi internet di Indonesia pada 2020 mencapai sekitar 196,7 juta pengguna atau meningkat 8,9 persen dari tahun sebelumnya.
Transformasi digital erat kaitannya dengan proses pertukaran data. Sebagai gambaran, pertukaran data melalui media sosial.
Baca Juga: Pentingnya Infrastruktur Data Center yang Andal di Era Edge Computing
Facebook mencatat seluruh data foto dan jumlah waktu video yang diunggah oleh penggunanya terhitung mencapai 4 petabyte (PB) atau setara 4 juta gigabytes (GB). Laman Raconteur.net, Rabu (29/07/2020) turut mencatat, secara keseluruhan terdapat 44 zettabytes (ZB) atau setara 44 triliun GB data ada di dunia.
Dalam dunia industri, data-data tersebut biasa digunakan untuk mengumpulkan informasi klien dan vendor untuk kebutuhan perusahaan. Oleh sebab itu, data adalah aset krusial bagi bisnis untuk beroperasi.
Melihat pentingnya peranan data, penyimpanan data atau data storage yang baik perlu diperhitungkan. Sebab, data storage dapat menjadi investasi yang berharga untuk jangka panjang perusahaan ke depannya.
Memilih layanan data storage
Transformasi digital yang serta-merta dilakukan, terlebih di tengah pandemi saat dunia usaha pun mengalami perlambatan, akan terasa memberatkan bagi perusahaan. Hal ini karena menyediakan penyimpanan data memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Perlu diketahui, rentang usia atau life cycle dari data storage adalah 3-5 tahun. Selama rentang waktu tersebut, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, seperti maintenance, upgrade software, dan sebagainya.
Baca Juga: Apa saja Data Pengguna yang Dibagikan WhatsApp ke Facebook ?
Untuk melakukan semua itu, diperlukan biaya khusus. Terlebih, ketika life cycle berakhir, perusahaan harus menghadapi biaya upgrade data storage.
Namun, biaya-biaya tersebut bisa dipangkas jika perusahaan memilih data storage dengan sistem subscription atau langganan, seperti yang disediakan oleh Pure Storage Evergeen. Melalui layanan Storage as a Service atau STaaS, biaya penyimpanan data dapat dipangkas secara signifikan.
Di tengah situasi ekonomi yang tidak menentu seperti sekarang ini, layanan data storage berbasis langganan oleh Pure Storage Evergreen memberikan fleksibilitas bagi perusahaan untuk berkembang dan bersaing di industri dengan strategi dan investasi yang tepat.
Pelaku bisnis atau industri tidak perlu membeli atau mengganti perangkat data storage secara berkala. Selain itu, tidak ada biaya tambahan lain untuk maintenance, penanganan isu downtime, kerusakan perangkat, serta memastikan kompatibilitas.
Baca Juga: Pure Storage Raih Predikat
Berlangganan data storage Pure Storage Evergreen juga memberikan kelebihan dalam hal skalabilitas. Ketika bisnis berkembang (scale up), seringkali kebutuhan performa data storage juga meningkat
Dengan memanfaatkan layanan STaaS, perusahaan dapat meningkatkan kapasitas data storage sesuai kebutuhan hanya dengan membayar biaya berlangganan tambahan.
Sementara itu, Pure Storage Evergreen menyediakan beberapa keunggulan teknis seperti upgrade secara berkala, software manajemen storage yang sederhana, dan fleksibilitas untuk beroperasi dengan berbagai penyedia layanan cloud.
Untuk terus mewujudkan layanan terbaik, Pure Storage Evergeen mengajak Anda untuk mengisi survei di sini. Anda juga berkesempatan mendapatkan reward berupa e-voucher Pure Storage senilai 10 dollar AS.
Penulis | : | Yussy Maulia |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR