Pandemi COVID-19 telah mendorong berbagai sektor bisnis, termasuk UKM, untuk melakukan transformasi digital.
Masyarakat yang kini semakin nyaman bertransaksi secara digital serta dianggap lebih aman karena bisa mencegah penularan COVID-19, merupakan alasan utama para UKM untuk turut menawarkan bisnisnya secara digital
Namun, pergeseran transaksi dari dunia fisik ke ranah online nyatanya juga telah membuka peluang bagi penjahat siber yang berbahaya dengan aktivitasnya dalam membidik target seperti UKM.
“Pandemi membuat semua kegiatan menjadi online, termasuk transaksi bisnis. Sayangnya, banyak pemilik bisnis tidak terlalu serius menanggapi soal security (keamanan). Karena begitu kita bicara digital, itu bicara vulnerability (kerentanan). Karena peluangnya banyak (kerentanan), dan pada masa digital ini justru semakin meningkat,” kata Dony Koesmandarin, Territory Manager untuk Indonesia di Kaspersky, dalam acara “The Role of Cyber Security To Rebuilding SMBs In Indonesia” yang digelar virtual hari ini (17/2/2021).
Lebih lanjut, Dony mengungkapkan bahwa laporan terbaru Kaspersky Security Network (KSN) menemukan 3-dari-10 (31%) pengguna Kaspersky di Indonesia hampir terinfeksi oleh ancaman yang ditularkan melalui web selama periode Januari-Desember 2020.
Selama periode ini, produk Kaspersky mendeteksi 34.516.232 malware berbeda yang ditransmisikan melalui Internet pada komputer partisipan KSN di Indonesia.
Lebih dari 4.341.000 upaya serangan menargetkan pengguna bisnis di negara ini, 51% lebih tinggi dari 2.870.000 insiden yang terjadi di tahun 2019.
Kaspersky juga mengungkapkan bahwa jenis ancaman web teratas yang terdeteksi di kawasan Asia Tenggara tahun lalu adalah:
Baca Juga: Mengenal Threat Intelligence, Pendekatan Baru Cyber Security
Laporan KSN 2020 juga menunjukkan bahwa produk Kaspersky mendeteksi sebanyak 111.682.011 insiden lokal di komputer partisipan KSN di negara tersebut. Dari total jumlah percobaan, sebanyak 20.264.000 ditargetkan terhadap pengguna bisnis di Indonesia.
Malware lokal adalah perangkat lunak berbahaya yang disebarkan melalui perangkat yang dapat dilepas seperti drive USB, CD, DVD, dan metode offline lainnya. Secara total sebanyak 56,3% pengguna di Indonesia hampir terinfeksi oleh ancaman lokal di tahun 2020 lalu.
“Kenapa demikian? (angkanya tinggi), karena banyak transaksi kita lakukan di web. Para pengguna tidak pernah menyangka web ada vulnerability-nya. Selain vulnerabitily dalam web, ancaman lainnya yaitu social engineering,” tutur Dony.
Untuk menghindari ancaman para penjahat siber, Dony sendiri mengatakan ada beberapa hal yang bisa diterapkan oleh para pelaku UKM, di antaranya:
Baca Juga: Lima Paradigma Baru Keamanan Siber untuk Pengalaman Digital Lebih Inklusif
InfoKomputer secara rutin menyelenggarakan kelas online secara gratis untuk membantu meningkatkan kemampuan IT professional di Indonesia. Jika Anda tertarik, silakan daftar di sini.
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR