Logistik merupakan tantangan utama bagi banyak usaha di Indonesia, khususnya mereka yang menangani makanan segar. Dengan banyaknya petani yang tersebar di sekitar 17 ribu pulau, rantai pasok dari kebun ke meja makan dapat melibatkan hingga 10 perantara.
Demi mempercepat proses tersebut, Sayurbox, yang diluncurkan pada 2016 lalu, berusaha untuk memperbaiki alurnya dengan mengelola rantai pasoknya dari ujung ke ujung.
Untuk bisa mempersingkat alur pasokan, maka pada 2019 lalu Sayurbox bermigrasi dari penyedia layanan cloud yang lain ke Amazon Web Services (AWS).
Ketika baru berdiri, Sayurbox menggunakan sistem file-based yang sederhana. Namun, seiring perusahaan bertumbuh, Sayurbox perlu mencari dan menemukan infrastruktur teknologi yang lebih baik dan scalable untuk menjawab kebutuhan perusahaan. Pentingnya infrastruktur teknologi yang andal paling terlihat saat permintaan konsumen mengalami lonjakan yang signifikan pada masa pandemi.
Kondisi tersebut membuat tim IT Sayurbox yang dipimpin oleh Listiarso Wastuargo (Gogo), untuk meninjau penggunaan teknologi cloud.
"AWS memiliki edukasi yang baik, sehingga banyak orang telah sebelumnya akrab dengan AWS. Antarmuka AWS pun lebih mudah digunakan dan dikelola oleh tim," terang Gogo melalui diskusi virtual yang dilakukan medio Maret 2021.
Kini, Sayurbox tengah dalam proses migrasi ke AWS, di mana kebanyakan beban kerjanya sekarang sudah berada di cloud AWS.
Sayurbox menggunakan solusi AWS secara end-to-end dari hulu ke hilir, yaitu dari petani, logistik, hingga aplikasi yang digunakan oleh pelanggan untuk mengakses layanan Sayurbox.
Beberapa solusi AWS yang digunakan oleh Sayurbox meliputi Amazon Elastic Cloud Compute (EC2) untuk layanan yang dikelola sepenuhnya (managed services) agar Sayurbox dapat menyesuaikan komputasi dengan trafik, Amazon Simple Storage Service (S3) untuk menyimpan file, Amazon CloudFront untuk content delivery network (CDN) yang lebih cepat dan dapat menyuguhkan file hanya dalam hitungan 60 milidetik untuk kepuasan pelanggan, dan Amazon Relational Data Service (RDS) untuk MySQL dan PostgreSQL untuk beban kerja analitika data.
Karena semua prosesnya sudah digital, tim Sayurbox tidak perlu lagi melakukan pengaturan secara manual. Sayurbox pun mampu melakukan penghematan biaya TI hingga seperlima dibandingkan sebelumnya.
Yang tak kalah penting, Sayurbox juga melakukan agregasi dengan pemodelan data untuk mempertemukan antara konsumen, petani, dan mitra pengemudi dan memetakan jalur distribusi yang semakin efisien.
Pelanggan pun diperkirakan bisa menghemat sekitar 30 persen dari pembelian yang dilakukan di supermarket, dan petani mendapatkan hingga 20 persen lebih banyak untuk hasil panen mereka.
Dengan AWS, pihak Sayurbox dapat lebih mudah meningkatkan sumber daya dan melacak pengeluaran.
Sayurbox kini melayani 200 ribu pelanggan dan 8 ribu petani setiap bulannya. Bahkan pesanan harian meningkat hingga hampir 300 persen. Sayurbox dapat melacak produk secara akurat dan menerapkan sumber daya dengan cepat untuk mempertahankan waktu pengiriman produksi selama 24 jam.
Perusahaan pun memperkirakan pertumbuhan akan terus berlanjut seiring meluasnya belanja bahan makanan online di Indonesia.
Sayurbox dan AWS kini sedang mencari cara dalam menambahkan fitur machine learning, guna meningkatkan kemampuan Sayurbox dalam memperkirakan permintaan.
Ini tentunya diharapkan mampu memberikan peluang yang lebih baik bagi petani untuk menjual barangnya di harga yang lebih tinggi dengan kuantitas yang pasti.
Penulis | : | Indah PM |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR