Hampir setahun setelah pandemi, perusahaan di seluruh kawasan APAC telah beralih ke pekerjaan jarak jauh.
Hal ini menyebabkan bisnis beralih ke penggunaan chatbot, perekam suara interaktif (Interactive voice recording / IVR), dan sosial media untuk berkomunikasi dengan konsumen.
Meskipun demikian, hasil survei mengungkapkan bahwa masih ada preferensi yang kuat dari konsumen lokal (57%) untuk berbicara langsung dengan agen manusia saat menghubungi pusat panggilan perusahaan.
Dengan kata lain, berbicara langsung dengan agen manusia menjadi metode yang lebih disukai untuk menghubungi perusahaan terkait suatu masalah.
Hanya 22% konsumen lokal yang lebih memilih berinteraksi dengan chatbot sebagai interaksi pertama mereka, dan hanya 10% konsumen di Indonesia yang menunjukkan bahwa mereka akan menghubungi perusahaan melalui media sosial.
Dengan perpindahan yang besar dan cepat ke pekerjaan jarak jauh, 67% konsumen di Indonesia menyatakan bahwa mereka mempercayai agen pusat kontak dengan informasi pribadi mereka saat bekerja dari jarak jauh.
Dua negara yang paling mempercayai agen jarak jauh adalah India (74,5%) dan Vietnam (75,4%), sedangkan Singapura menjadi negara dengan paling sedikit kepercayaan terhadap agen jarak jauh, yakni hanya 37%.
Mendengarkan Pelanggan
Semakin jelas bahwa pusat kontak memberikan peluang bagi berbagai bisnis untuk membangun kepercayaan, loyalitas, dan meningkatkan dasar bagi pelanggan mereka, tetapi hal tersebut tidak terjadi pada banyak bisnis.
Timbulnya rasa frustrasi konsumen dengan pusat panggilan, dan solusi yang ditawarkan perusahaan dapat diselesaikan dengan teknologi otomatisasi.
Hasil survei juga mengungkapkan bahwa semakin banyak konsumen yang terbuka dalam mempercayai otomatisasi untuk meningkatkan pengalaman pelanggan dengan perusahaan.
51% responden lokal yang menghubungi pusat panggilan mengharapkan beberapa jenis tindak lanjut setelah panggilan, sementara 52% lebih memilih ditindak-lanjuti dengan menggunakan email.
Dengan adanya peningkatan pelanggan yang menghubungi serta keinginan untuk mendapat informasi lebih dari perusahaan, agen akan kewalahan dengan jumlah pekerjaan pasca-panggilan jika mereka tidak bekerja sama dengan rekan kerja mereka yang berupa kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).
Indonesia sudah bergerak ke arah yang benar, 41% konsumen di Indonesia sudah merasa nyaman jika perusahaan menggunakan teknologi AI untuk membantu pengalaman pelanggan, terutama jika teknologi tersebut membantu agen manusia.
Walau jika dibandingkan dengan India (78%) dan Vietnam (72,5%) masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan di Indonesia untuk lebih menyatukan pekerjaan manusia dengan mesin di belakang layar.
Baca Juga: Teknologi AWS Bantu Sayurbox Kirim Makanan Segar Lebih Cepat
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR