Sebagai negara dengan tingkat penetrasi internet yang tinggi dan populasi anak muda yang besar, perkembangan ekonomi digital di Indonesia sangatlah potensial.
Berdasarkan hasil studi Google, Temasek, dan Bain & Company, nilai transaksi ekonomi digital Indonesia diprediksi bakal tumbuh pesat, yaitu mencapai US$124 miliar atau sekitar Rp1,7 triliun pada tahun 2025, terbesar di Asia Tenggara.
Adapun dengan proyeksi nilai transaksi sebesar itu, Kominfo (Kementerian Komunikasi dan Informatika) memproyeksikan Indonesia akan menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar ke-9 di dunia pada 2030.
Perkembangan ekonomi digital ini selaras dengan pertumbuhan startup di Indonesia yang terbilang sangat cepat.
Berdasarkan data yang dikutip dari laman Startupranking.com, Indonesia saat ini menduduki posisi ke-5 negara dengan jumlah startup terbanyak di dunia yakni mencapai 2.229 startup pada April 2021, dan menjadi kedua terbesar di Asia setelah India.
Meskipun pertumbuhan startup Indonesia tergolong sangat cepat, hasil East Ventures Digital Competitiveness Index (EVDCI) menunjukkan bahwa Indonesia masih perlu bekerja ekstra keras.
Terutama dalam meningkatkan daya saing digitalnya terutama dalam hal membangun talenta digital yang terampil, cekatan dan berwawasan dalam mengembangkan kewirausahaan.
Studi yang dilakukan oleh Tan and Tang dan disadur dalam Laporan Bank Dunia menyebutkan Indonesia membutuhkan rata-rata 600.000 SDM digital setiap tahunnya.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc mengatakan “Keberhasilan akselerasi ekonomi digital suatu negara bergantung pada tingkat keberhasilan ekosistem startup. Terutama dalam menjaga keberlangsungan bisnisnya dan mengembangkan produknya secara konsisten.
“Tahap early-stage startup merupakan tahapan yang krusial dan menjadi pondasi dalam membangun perusahaan startup yang berdaya saing tinggi. Program inkubasi dan akselerasi menjadi kendaraan bagi early-stage startup untuk dapat mencapai tahapan tersebut,” tambah Semuel.
Baca Juga: Hilda Kitti Ungkap Strategi Tokopedia dalam Melakukan Pemasaran
Dijelaskan Semuel kembali, hal itulah yang melatarbelakangi Kominfo meluncurkan program Startup Studio Indonesia pada September 2020 lalu.
“Tujuannya untuk memajukan ekosistem startup Indonesia melalui penyediaan fasilitas akses bagi early-stage startup untuk mengembangkan potensi bisnisnya. Adapun program ini akan menitikberatkan pada penguatan produk (product-market fit) dan akses jejaring bisnis,” tuturnya.
Startup Studio Indonesia merupakan program inkubasi intensif bagi para pendiri early-stage startup untuk mempersiapkan mereka menghadapi ketidakpastian pasar dan siap untuk #GoTheExtraMiles.
Program ini difokuskan pada iterasi penyempurnaan produk dan model bisnis, serta program retensi pelanggan awal sebelum masuk dalam tahap perluasan pasar.
Startup Studio Indonesia Batch 1 yang dilaksanakan pada September hingga November 2020 lalu mendapatkan tanggapan positif dari para pelaku startup.
Tercatat terdapat sekitar 668 early-stage startup mendaftarkan diri mengikuti program inkubasi ini, yang disaring menjadi 20 startup terpilih untuk mengikuti kegiatan coaching dan mentoring dengan para mentor yang merupakan pendiri startup aktif dan terkemuka selama tiga (3) bulan.
Selain mengikuti program inkubasi selama tiga bulan, para pendiri startup juga mendapatkan coaching berkelanjutan dalam program Startup Studio Indonesia Alumni Brainstorming selama 12 (dua belas) bulan.
Tujuannya untuk memastikan adanya dukungan, evaluasi, dan monitoring berkelanjutan terhadap seluruh peserta.
“Dalam kegiatan Startup Studio Indonesia Batch 1 ini kami melihat banyak perkembangan dari para early-stage startup binaan, mulai dari pertumbuhan month-to-month traction dan tawaran investasi. Bahkan hingga terjadinya kolaborasi bisnis baik antar para startup binaan, maupun kesempatan kolaborasi dengan lembaga pemerintah,” ungkap Semuel.
“Harapannya program Startup Studio Indonesia ini dapat menjadi wadah pengembangan kewirausahaan dan talenta digital di industri startup, serta menjadi wadah kolaborasi membangun industri startup nasional yang tangguh,” tambahnya.
Startup Studio Indonesia Batch 2 akan kembali diselenggarakan pada Mei hingga Juli 2021 mendatang yang akan diikuti oleh sekitar 15 early-stage startup terpilih dan akan menampilkan berbagai pendiri startup aktif dan terkemuka sebagai mentor antara lain Grady Laksmono (Co-founder MOKA POS), Melisa Irene (Partner East Ventures), Jonathan Sudharta (Co-founder & CEO Halodoc), John Marco Rasjid (Co-founder & CEO Sociolla), dan Amanda Cole (Co-founder & CEO Sayurbox).
Baca Juga: ShopeePay Tebar Ragam Promo Menarik di Program ‘Big Ramadan Deals’
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR