Namun ketika bertemu font atau bahasa yang belum dimasukkan ke script, software ini gagal mengenali petunjuk toilet.
Tentu saja, cara ini tidak efisien untuk data dalam jumlah yang besar.
Jika Software dengan AI
Jika sebuah software dibuat dengan pendekatan AI, programmer tidak perlu menuliskan semua kemungkinan tersebut. Ia hanya perlu membekali software dengan “pengetahuan” berupa data untuk membedakan antara petunjuk toilet pria dan wanita. Data ini akan dihitung (ingat, computer berasal dari kata compute) dengan mengelompokkan kelompok data berdasarkan pendekatan statistik, probabilitas, dan lain sebagainya.
Data atau pengetahuan ini sendiri bisa berupa seluruh tulisan “Men” dalam berbagai font. Tidak perlu semua font, cukup yang mewakili. Karena memiliki banyak pola dan kelompok data, software berbasis AI ini bisa mengenali font-font yang mirip.
Jadi ketika diminta mengenali sebuah petunjuk toilet yang baru, software berbasis AI ini akan membandingkan petunjuk toilet ini dengan pola yang pernah ia pelajari. Kira-kira ia akan berpikir “oh, tulisan ini mirip seperti Men dalam font Calibri, berarti toilet Men ke arah kiri”.
Meski telah dibekali pengetahuan, software berbasis AI ini mungkin saja tidak bisa mengenali sebuah petunjuk toilet. Biasanya, output software berbasis AI berbentuk probabilitas (seperti “probabilitas 90%” atau “probabilitas 50%”). Karena itu, penting untuk membekali software berbasis AI ini dengan data yang bagus dan komplit, sehingga pengetahuannya bisa bertambah.
Enaknya software berbasis AI adalah, ia memiliki kemampuan untuk terus belajar. Ketika software memiliki tingkat keyakinan rendah saat mengenali font tertentu, programmer alias pembuat software bisa menambahkan font yang tidak dikenal ini ke database software. Kira-kira programmer akan menambahkan data “Oh, teks ini tulisannya Men ya, jadi besok-besok kalau ketemu font yang mirip, itu berarti pria ya”.
Dengan begitu, software berbasis AI pun semakin pintar mengenali petunjuk toilet.
Pengetahuan yang diberikan ke software berbasis AI ini juga beragam; bukan cuma font. Bisa juga ditambah data mengenali “Men” dalam berbagai bahasa (seperti pria dalam bahasa Indonesia, Dansei dalam bahasa Jepang, atau homens dalam Bahasa Portugis). Atau icon pria/wanita yang sering digunakan sebagai petunjuk toilet (seperti siluet pria/wanita, tas pria/wanita, sepatu pria/wanita, dan lain sebagainya).
Yang penting adalah ada basis data yang bisa dianalisa dan dikelompokkan oleh software berbasis AI ini. Lagi-lagi, kualitas data menjadi sangat penting setiap kali kita bicara pemanfaatan Artificial Intelligence.
Artificial Intelligence vs Machine Learning
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR