Teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) akan memegang peranan penting di masa depan.
Teknologi AI sudah diterapkan di berbagai industri untuk menghasilkan solusi nyata untuk masyarakat.
Sayangnya, dibalik manfaat AI tersimpan ancaman nyata yang berbahaya bagi kehidupan manusia.
Salah satunya bos Tesla dan SpaceX Elon Musk, yang menganggap AI lebih bahaya ketimbang nuklir. Ia mengaku mengeluarkan pernyataan itu karena sangat dekat dengan pengembangan teknologi AI.
"Saya sangat dekat dengan teknologi AI yang canggih, dan ini sangat membuat saya takut. Teknologi ini sangat jauh dari yang diketahui banyak orang, juga tingkat perkembangannya yang eksponensial," ujar Musk.
Berikut ancaman dan bahaya AI untuk kehidupan manusia:
1. Pengangguran
Teknologi AI yang canggih dapat mengambil alih pekerjaan manusia. Dampaknya, akan muncul banyaknya pengangguran. Berdasarkan penelitian Brookings Institution 2019, ada 36 juta orang yang pekerjaannya rawan digantikan oleh otomatisasi. Lalu setidaknya ada 70% dari pekerjaan mereka, dari mulai penjualan, analisis pasar, sampai pekerjaan di gudang, bisa dilakukan oleh AI.
Meskipun AI juga disebut bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru, John C. Havens berpendapat kalau lapangan pekerjaan yang diciptakan tak bisa menutup lapangan pekerjaan yang dihilangkan oleh AI. Setidaknya begitulah pemikiran dari penulis buku Heartificial Intelligence: Embracing Humanity and Maximizing Machines.
Menurut Havens, ia pernah mewawancarai seorang bos dari perusahaan konsultan hukum soal machine learning. Saat itu ia ingin mempekerjakan lebih banyak orang, namun ia juga diwajibkan untuk mencapai hasil tertentu oleh pemegang sahamnya.
2. Pelanggaran privasi
Dalam makalah berjudul 'The Malicious Use of Artificial Intelligence: Forecasting, Prevention, and Mitigation' yang dipublikasikan pada Februari 2018, 26 peneliti dari 14 institusi berbagai sektor menemukan sejumlah bahaya yang bisa ditimbulkan oleh AI dalam waktu kurang dari lima tahun.
'Malicious use of AI', begitu judul laporan berjumlah 100 halaman, yang menjelaskan bagaimana AI bisa mengancam keamanan digital, yang dengan AI yang dilatih untuk melakukan tindak kriminal, meretas, atau melakukan social engineering terhadap korban, dan lain sebagainya.
Begitu juga soal privasi. Contoh terdekat adalah langkah pemerintah China untuk memanfaatkan teknologi pengenal wajah untuk mendeteksi pergerakan warganya, baik itu di kantor, sekolah, ataupun berbagai tempat publik lainnya.
3. Deepfake
Deepfake pun adalah salah satu produk AI yang dapat mengubah wajah dan suara dalam sebuah video. Pada awal kemunculan deepfake videonya masih mudah dinilai keasliannya. Namun kini teknologi deepfake sudah semakin canggih dan sulit membedakan mana video yang hasil olahan deepfake atau video asli. Ke depannya, tentu AI untuk pengolahan deepfake ini bakal semakin canggih lagi.
4. Senjata otomatis
Coba Anda bayangkan jika ada sistem persenjataan yang dikontrol oleh AI, dan AI itu memutuskan untuk meluncurkan senjata nuklir, atau mungkin senjata biologis. Atau mungkin ada pihak musuh yang memanipulasi data untuk membalikkan misil yang dikontrol oleh AI untuk menyerang pengirimnya.
Jika ada kekuatan militer utama yang memulai pengembangan senjata berbasis AI, maka perlombaan pengembangan senjata AI tak bisa dielakkan lagi. Dan hal ini sudah terjadi, yaitu saat militer AS mengajukan anggaran belanja 2020 sebesar USD 718 miliar, di mana USD 1 miliar di antaranya akan dipakai untuk pengembangan AI dan machine learning.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR