Apple sukses meluncurkan perangkat earphone nirkabel AirPods pada 2016 dan AirPods Pro pada 2019. Langkah itu memicu bermunculan perangkat nirkabel AirPods palsu di AS yang banyak peminatnya karena harganya jauh lebih murah.
The Information melaporkan ada sekitar 360.000 headphone nirkabel palsu dengan nilai eceran UAS62,2 juta disita dalam sembilan bulan pertama tahun fiskal pemerintah AS (September 2020 — Juni 2021). Jumlah itu diperkirakan hanya mencakup 2,5 persen dari industri pemalsuan fisik global, yang berarti Apple dapat kehilangan sebanyak USS3,2 miliar dalam penjualan AirPods tahun ini saja.
Sayangnya, tidak tercatat berapa banyak produk AirPods palsu, tetapi Bea Cukai AS mengatakan volume penyitaan telah meningkat lebih dari 50 persen dalam lima tahun terakhir sejak Apple meluncurkan AirPods pertama, dengan peningkatan tambahan yang didaftarkan setelah peluncuran AirPods Pro di 2019 karena harganya yang lebih tinggi.
Adapun asal usul earbud nirkabel palsu ini, Bea Cukai AS mengatakan sekitar 80 persen di antaranya berasal dari China daratan dan Hong Kong. Mantan karyawan Apple percaya AirPod palsu dibuat dengan cetakan asli yang dicuri dari pabrik tempat Apple bekerja.
Dalam sebuah pernyataan kepada The Information, Apple mengatakan:
“Produk palsu memberikan pengalaman yang lebih rendah, dan seringkali bisa berbahaya. Apple memiliki tim di seluruh dunia yang bekerja dengan penegak hukum, bea cukai, pedagang, perusahaan media sosial, dan situs e-commerce untuk menghapus produk palsu," ucapnya.
Laris Manis
Apple kembali mencatatkan kinerja keuangan yang fantastis, melampaui prediksi para analis.
Apple meraih pendapatan USD91,8 miliar atau setara Rp1.251,33 triliun (USD1 setara Rp13.631) untuk kuartal pertama tahun fiscal 2020 (1 Oktober 2019-31 Desember 2019), meningkat 9 persen dari tahun sebelumnya.
Apple juga melaporkan laba per saham USD4,99. Angka ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan para analis yang hanya memprediksi USD4,55 per saham. Laporan keuangan Apple itu direspon dengan hangat oleh pelaku pasar.
Hasilnya saham Apple Inc di Wall Street juga mengalami penguatan sebesar 2,83% pada akhir perdagangan seperti dikutip MacRumors.
Moncernya kinerja Apple didorong melonjaknya penjualan perangkat wearables seperti headphone nirkable dan AirPods. Laris manisnya produk ini bahkan membuat pihak Apple kehabisan stock perangkan wearables ini.
Sementara penjualan iPhone pada kuartal IV-2019 mencapai USD55,96 miliar mengalahkan perkiraan analis USD51,6 miliar dan penjualan tahun sebelumnya USD52 miliar. Hal ini juga sekaligus menghentikan tren penurunan penjualan utama selama setahun untuk produk perangkat keras Apple yang paling laris.
Model iPhone 11 dan iPhone 11 Pro menjadi perangkat yang paling Favorit pada penjualan kuartal IV-2019 lalu. Bahkan, IPhone 11 dan 11 Pro menjadi masuk dalam perangkat jajaran iPhone terkuat yang pernah kami miliki.
Apple optimis pendapatan di kuartal I-2020 akan mencapai USD67 miliar atau di atas dari perkiraan yang hanya USD62,4 milar.
Hal ini tidak terlepas dari kepercayaan perusahaan bahwa telepon dan perangkat lain seperti headphone nirkabel AirPods akan terus terjual dengan baik meskipun saat ini hampir kehabisan stok.
Kepala Ekonom untuk Capital Investment Counsel pemegang saham Apple, Eddins mengatakan Apple harus mendorong layanan berbayar kartu kredit dengan Goldman Sachs dan layanan berlangganan game dan televisi.
Sebab pendapatan layanan hanya sekitar USD12,7 miliar, di bawah perkiraan analis USD 13 miliar meskipun mengalami kenaikan dari USD10,9 miliar pada tahun sebelumnya.
“Layanan itu penting, tetapi lintasannya tepat sasaran. Saya merasa mereka telah membuat kemajuan yang baik di bidang itu," ujarnya.
"Kekuatannya datang dari iPhone dan penjualan perangkat wearables terus tumbuh sangat kuat," kata Shannon Cross dari Cross Research, seperti dikutip Bloomberg.
Source | : | The Information |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR