Sebagai sebuah entitas bisnis, kemampuan mengeksekusi ide bisnis dari founder (pendiri) early-stage startup menjadi faktor krusial.
Kemampuan ini mencakup dari sisi kemampuan membangun strategi dan pengawasan dalam pelaksanaannya, serta kemampuan finansial.
Berbicara kemampuan finansial, sejak awal beroperasi, sebuah startup membutuhkan modal untuk mengurus legalitas usaha, merekrut karyawan, menjalankan operasional hingga mengembangkan marketing bisnis.
Umumnya, sebuah startup akan memulai pembiayaan usaha itu dengan bootstrapping. Yakni, memulai bisnis baru dengan modal seadanya dari kantong atau simpanan founder atau pemilik (owner) sendiri dan kemudian mengandalkan perputaran pendapatan untuk mengembangkan usaha.
Ketika early-stage startup telah mencapai tahapan product-market fit di mana salah satu indikator yang dapat dilihat adalah dari pertumbuhan jumlah pengguna dan transaksi penjualannya, maka early-stage startup dapat mulai mempersiapkan diri dalam pengembangan bisnis yang lebih luas dan mencari investor.
“Kami banyak melihat kesalahan yang sering dilakukan oleh founders di tahap early-stage startup adalah fokus pada penggalangan dana, namun lupa dengan pembenahan dan penguatan produknya. Hal ini lah yang menjadi faktor kegagalan utama ketika mereka berhadapan dengan investor dan menyakinkan mereka bahwa bisnis dan produknya siap untuk dikembangkan,” kata Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc., Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.
“Oleh karena itu, pada program Startup Studio Indonesia, kami mempersiapkan early-stage startup untuk mencapai penguatan produknya dan memberikan mereka wawasan apa saja yang harus dimiliki early-stage startup sebelum bertemu dengan investor nantinya.” tambah Semuel.
Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan para founder sebelum mencari investasi antara lain:
1. Pahami Nilai Startup Anda
Anda perlu memahami nilai (valuasi) startup sendiri. Valuasi bisa ditarik dari beberapa faktor seperti manajemen, track record (rekam jejak) usaha yang teruji, market size, dan besarnya risiko.
Selain itu, startup yang memiliki traksi yang baik akan menarik investor. Traksi sendiri dapat diartikan sebagai sumber daya tambahan yang dapat melejitkan bisnis.
Selama startup memiliki pertumbuhan (growth) yang bagus, seperti sudah berhasil mengakuisisi pasar yang luas, memiliki brand yang melekat kuat serta sumber daya manusia yang mampu mengakomodasi kebutuhan pelanggan, traksi yang dimiliki bisa dikatakan positif.
Bahkan meski startup tersebut belum menghasilkan keuntungan sama sekali. Bagi investor, traksi kerap dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi apakah bisnis startup memiliki potensi untuk berkembang.
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR