Samsung Electronic sukses mengalahkan Intel dan merajai industri semikonduktor dan menjadi pembuat chip terbesar di dunia pada kuartal kedua tahun ini. Samsung Electronic mencatat pendapatan sebesar 19,7 miliar dolar AS, atau setara dengan sekitar 22,74 triliun won pada kuartal kedua, sedikit melebihi pendapatan Intel sebesar 19,6 miliar dolar.
Intel telah mendominasi pasar semikonduktor selama puluhan tahun dan selalu mempertahankan posisi teratasnya dalam penjualan global.
Kesuksesan Samsung merajai pasar chip global karena penyebaran Covid-19 yang menyebabkan kekurangan pasokan, dan mendorong harga chip memori.
Apalagi unit prosesor pusat (CPU) PC dan server yang merupakan produk utama Intel memiliki harga yang relatif lebih tinggi dibanding harga chip memori. Walaupun chip memori memiliki harga jual lebih rendah daripada CPU, tetapi permintaannya jauh lebih tinggi seperti dikutip The Wall Street Journal.
Banyak analis memprediksi Samsung akan terus menjadi pembuat chip terbesar di dunia jika berdasarkan pendapatan dan peningkatan permintaan chip memori yang stabil. Firma riset pasar Gartner memperkirakan bahwa penjualan chip memori global akan melonjak 33 persen tahun ini, sedangkan penjualan CPU hanya akan tumbuh sebanyak 4 persen.
Dampak Kelangkaan Chip
Krisis kelangkaan chip global diprediksi bakal berdampak panjang dan berdampak ke berbagai sektor industri termasuk smartphone. Krisis chip akan membuat harga HP makin mahal dan langka. Para vendor smartphone pun telah menyampaikan keluh kesahnya dan sulitnya mendapatkan pasokan chip.
CEO Apple Tim Cook memastikan permasalahan krisis chip ini akan mengganggu penjualan iPhone dan iPad.
"Kekurangannya bukan pada prosesor bertenaga tinggi yang diproduksi Apple untuk perangkatnya, tetapi chip untuk fungsi sehari-hari seperti menyalakan layar ponsel dan mendekode audio," kata Cook seperti dikutip CNBC Internasional.
Selain Apple, HMD Global juga mengalami kesulitan memenuhi pasokan chip dan
kekurangan semikonduktor dapat menjadi tantangan bagi pembuat perangkat canggih yang memiliki skala lebih kecil. "Kami melihat rantai pasokan makin ketat. Kami melihat ketidakseimbangan tertentu di pasar," Florian Seiche, CEO HMD, mengatakan kepada CNBC.
Analis memperkirakan bahwa kurangnya chip di industri ponsel pintar ini dipengaruhi oleh perbaikan permintaan chip di industri otomotif. Hal ini membuat terjadi perebutan besar-besaran di kedua industri itu.
"Sekarang sektor otomotif dan lainnya mengejar dan mulai merebut kembali kapasitas yang telah mereka tinggalkan, ada persaingan ketat untuk pasokan semikonduktor," ujar Syed Alam, analis semikonduktor di Accenture.
Selain itu, beberapa produsen ponsel juga saat ini sedang dihadapkan dengan memulihnya permintaan smartphone global. Bahkan data yang dihimpun dari perusahaan IT Gartner menyebut bahwa permintaan ponsel pintar telah tumbuh sebesar 26% pada kuartal-I 2021.
Analis memastikan konsumer akan merasakan peningkatan harga yang cukup signifikan. Selain itu, akan ada resiko kurangnya spesifikasi perangkat yang dibeli.
"Hasil yang mungkin terjadi di sini adalah harga ponsel yang lebih tinggi dan kekurangan yang lebih dalam untuk model tertentu," kata peneliti dari Forrester, O'Donnell.
"Dalam kasus Apple, Anda mungkin bisa mendapatkan iPhone 12 kelas atas, tetapi tidak iPhone XS kelas bawah. Untuk pembuat smartphone lain seperti Samsung, LG, dan merek China seperti Xiaomi dan Huawei semua akan merasakan kesulitan," tambahnya.
Source | : | The Wall Street Journal |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR