Vantage Point juga berkomitmen untuk melakukan pengujian secara in-house, dalam arti pengujian semuanya dilakukan karyawan Vantage Point tanpa melibatkan pihak ketiga. “Hal ini untuk memastikan layanan Vantage Point memiliki minimum standard yang tinggi,” tambah Faisal yang kini memimpin 15 orang karyawan di Indonesia.
Pilihan ini memang berisiko mengingat pentest adalah layanan yang permintaannya naik-turun sesuai kondisi. Memiliki tim yang besar ketika permintaan turun menimbulkan risiko pengeluaran yang berlebih. Sebaliknya, ada kemungkinan tim yang dimiliki tidak cukup memenuhi permintaan yang sedang naik. Namun Faisal melihat, risiko itu layak diambil untuk memastikan kualitas maupun integritas dari layanan yang diberikan Vantage Point.
Diferensiasi inilah yang dapat menjelaskan mengapa bisnis Vantage Point berkembang dengan cepat. Meski terbilang baru, Vantage Point memiliki sederet klien ternama dari pelaku industri finansial di Singapura dan Indonesia. Khusus di Indonesia, Faisal menyebut perkembangan bisnis Vantage Point di paruh pertama 2021 sudah naik signifikan dibanding tahun lalu.
Faisal meyakini, kiprah Vantage Point di Indonesia akan terus meningkat seiring semakin tingginya kesadaran perusahaan Indonesia akan perlindungan sistem digitalnya. Namun Faisal memiliki prinsip untuk tidak menjadikan isu cyber security sebagai sesuatu yang “menakutkan”. Celah keamanan yang ditemukan saat pentest harus bisa dinarasikan dengan bahasa yang gamblang dan kontekstual, sehingga mudah dimengerti orang teknis maupun orang bisnis.
“Jadi kami ingin memberikan solusi cyber security yang tidak menciptakan stres tambahan,” tutup Faisal.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR