"Bila perusahaan gagal untuk memilih alat yang menilai risiko pembajakan secara real-time, berarti pengiklan mendanai penjahat - dan ini adalah masalah miliaran dollar," lanjut Szyszko.
Pihak Amazon, Facebook, dan Google sendiri belum berkomentar terkait masalah munculnya iklan perusahaan di situs web dan aplikasi hiburan ilegal ini. Iklan penipuan hingga konten dewasa Laporan tersebut juga menekankan bahwa meski angkanya kecil, kemunculan iklan dari perusahaan terkemuka seperti Amazon, Facebook, dan Google itu tetap saja bisa menjadikan situs web ilegal tampak lebih sah.
Iklan ini berkedok sebagai add-on anti-malware. Padahal, berisi virus.(Digital Citizens Alliance dan White Bullet) Pengguna yang berkunjung ke situs ilegal itu cenderung mengklik iklan "berbahaya" lain yang muncul di situs web tersebut.
"Menurut perhitungan kasar, satu dari tiga situs web dan aplikasi ilegal ini memiliki iklan berbahaya yang membuat konsumen terekspos pada penipuan dan malware," tulis laporan.
Hasil penelitian merinci, iklan digital di situs web memuat penipuan dan malware (8 persen), konten dewasa (17 persen), serta konten bersponsor yang seringkali clickbait (43 persen).
Sementara di aplikasi ilegal, juga ditemukan iklan berisi penipuan dan malware (11 persen), konten dewasa (1 persen), dan konten clickbait (1 persen).
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR