Menggandeng komunitas lokal, Amazon Web Services (AWS) Indonesia berkomitmen memberdayakan kompetensi sumber daya manusia Indonesia di bidang cloud computing.
Saat ini, Indonesia telah terhubung dengan infrastruktur cloud global milik AWS untuk bisa memanfaatkan layanan cloud dengan latensi rendah. Namun ada komponen penting lainnya yang harus dipenuhi dalam rangka memanfaatkan cloud maupun dalam memacu transformasi digital saat ini, yaitu talenta digital.
Riset “Unlocking APAC’s Digital Potential: Changing Digital Skill Needs and Policy Approaches” yang diprakarsai AWS dan disusun oleh AlphaBeta awal tahun ini mengungkapkan, persentase pekerja yang sudah mempunyai keahlian di bidang digital baru mencapai 19% dari seluruh angkatan kerja yang ada di Indonesia.
Temuan lain yang mengemuka dari riset tersebut adalah sebanyak 59% angkatan kerja digital di Indonesia saat ini belum memiliki kecakapan di bidang komputasi awan atau cloud computing. Namun para responden yakin kecakapan ini akan dibutuhkan dalam mendukung pekerjaan mereka di tahun 2025.
Untuk itu, SDM Indonesia perlu mengembangkan kecakapan-kecakapan digital mutakhir dalam waktu beberapa tahun ke depan agar dapat menyelaraskan diri dengan dinamika perkembangan dan kebutuhan teknologi serta memacu transformasi digital di tanah air.
Menjawab tantangan tersebut dengan segera, AWS sebagai penyedia teknologi cloud berkolaborasi dengan komunitas lokal guna mendorong peningkatan kompetensi SDM digital Indonesia, khususnya di bidang cloud computing.
Country Leader Indonesia, AWS, Gunawan Susanto memastikan AWS menghadirkan skill yang tepat dalam menyelenggarakan berbagai macam inisiatif untuk upskilling talenta digital Indonesia, terutama dalam bidang cloud computing. “Melakukan training dengan konten yang tepat itu jauh lebih penting bagi Indonesia, jadi kedalaman dan kualitas dari training ini juga penting,” tegasnya.
Pelatihan Digital dalam Bahasa Indonesia
Selanjutnya Gunawan memaparkan inisiatif-inisiatif yang sudah diselenggarakan AWS Indonesia. Yang pertama adalah ada lebih dari 150 training courses tentang cloud computing sudah dialihbahasakan ke bahasa Indonesia. Materi pelatihan yang dapat diakses secara cuma-cuma ini dirancang berjenjang, dimulai dari pelatihan fundamental, intermediate, dan advanced.
Salah satu pelatihan yang banyak diminati, menurut Gunawan, adalah AWS Cloud Practitioner Essentials. Pelatihan ini berupa pembelajaran enam jam yang mencakup AWS Cloud Concept, termasuk di dalamnya pembelajaran mendasar tentang layanan AWS, berikut aspek arsitektur security, pricing dan support-nya.
Bentuk program pelatihan lainnya adala virtual training yang dipandu instruktur, gratis dan disampaikan dalam bahasa Indonesia, seperti AWSome Days, AWS Essentials, AWS Cloud Practitioner Essentials, maupun AWS Technical Essentials. Selain itu, AWS juga menyediakan pelatihan yang bersifat private, terutama untuk organisasi-organisasi yang tengah fokus dalam mengembangkan kecakapan dan kompetensi para karyawannya di bidang cloud.
Melihat kebutuhan jangka panjang pembelajaran bagi mereka yang masih duduk di bangku kuliah, AWS Indonesia juga menjalin kerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi melalui program Digital Talent Scholarship, dan yang terbaru dengan Kemendikbud Ristek RI dalam program Merdeka Belajar (berupa kurikulum tiga semester tentang cloud computing). “Sampai saat ini, ada lima universitas yang sudah mengadopsi kurikulum ini,” ujar Gunawan Susanto.
Gandeng Komunitas Lokal: Dicoding dan RMI NU
Untuk memperluas jangkauan inisiatif pembelajaran tentang cloud ini, AWS Indonesia juga berkolaborasi dengan komunitas lokal, seperti Dicoding dan RMI NU. Bersama Dicoding, AWS Indonesia menyelenggarakan program Back-end Developer Learning Path. Program ini disediakan gratis untuk 100 ribu developer Indonesia yang pertama bergabung.
Disampaikan dalam Bahasa Indonesia, program ini dirancang sedemikian rupa agar mudah dipelajari oleh peserta. Ada enam macam kursus di dalam program ini: AWS Cloud Practitioner Essentials, JavaScript Fundamentals, Architecting on AWS, Back-end App for Beginners, Back-end App Fundamentals, dan Becoming a Back-end Developer Expert.
Proses penilaian hasil pembelajaran peserta dilakukan melalui pemeriksaan kode yang dikumpulkan peserta oleh para instruktur dan pakar dari Dicoding. “Kami melihat bahwa back-end developer menjadi posisi yang paling dicari di industri. Maka, lewat kerja sama dalam bentuk pengembangan kurikulum yang dilakukan bersama AWS dan terus diperbarui untuk mengikuti perkembangan terkini, kami berharap dapat mencetak talenta-talenta baru dengan keahlian yang relevan dengan kebutuhan industri pula,” tutur
Narenda Wicaksono, CEO Dicoding, seraya sangat merekomendasikan program ini kepada developer profesional, pengajar mata pelajaran atau mata kuliah TI, dan juga mahasiswa.
Program AWS Indonesia lainnya yang melibatkan komunitas lokal adalah Laptop for Builders. Program ini berupa pelatihan mengenai dasar-dasar cloud bagi siswa sekolah menengah atas maupun sekolah vokasi dengan bahasa pengantar Bahasa Indonesia. Melalui program ini, AWS juga melatih instruktur-instruktur di organisasi-organisasi setempat tentang bagaimana menjalankan program edukasi cloud secara efektif bagi peserta didik.
Melalui program ini, AWS juga mendonasikan sejumlah laptop bagi sekolah-sekolah yang lokasinya tersebar di wilayah Indonesia dalam rangka menunjang infrastruktur pendidikan setempat.
Di antara yang suda menerima manfaat dari program Laptop for Builders adalah Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdatul Ulama (RMI NU), organisasi yang membawahi pesantren terafiliasi PBNU di seluruh Indonesia.
“Bagi kami di RMI NU, para santri di pelosok negeri sekalipun memiliki kesempatan yang sama untuk memiliki pendidikan yang berkualitas dan mengembangkan kompetensi yang sama dengan pelajar di kota besar. Kami percaya, tidak boleh ada pihak yang tertinggal dalam cerita pembangunan nasional. AWS patut diapresiasi sebagai salah satu lembaga terdepan yang menggerakkan edukasi teknologi di kalangan pesantren,” tutur Hatim Gazali, Pengurus Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdatul Ulama dan dosen di Universitas Sampoerna.
Pendidik dan Siswa Raih Manfaat dari Belajar Cloud
Selain para santri RMI NU, Ibu Sri Suharyanti, guru di SMA Negeri 1 Semin, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, juga merasakan manfaat dari pelatihan dasar-dasar cloud computing yang diselenggarakan oleh AWS bersama Yayasan Sagasitas Indonesia.
Ibu Sri mengaku, dirinya yang tadinya sama sekali tidak paham cloud, kini dapat membagikan ilmu tentang teknologi masa depan kepada anak-anak didiknya, mulai dari fitur-fitur cloud, alur pembuatan situs web, hingga pembuatan aplikasi dan layanan berbasis teknologi canggih, Artificial Intelligence (Amazon Lex) dan IoT (Amazon Alexa).
Sementara Bima Mukhlisin, seorang siswa SMK Negeri 2 Pengasih, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, bersama rekannya memadukan teknologi cloud dan ide kreatif, mengembangkan situs web interaktif yang membuat kegiatan belajar Sejarah menjadi lebih menyenangkan. Berkat karyanya ini, Bima dan rekannya berhasil menjuarai Cloud Computing Club Competition Yogyakarta kategori SMK yang diselenggarakan oleh Yayasan Sagasitas Indonesia dan AWS Indonesia. Proyek Bima dengan rekannya yang bertajuk Very Second dapat diakses di tautan ini.
“Cloud computing adalah masa depan internet. Bekal ilmu cloud computing yang telah kami dapatkan ibaratnya adalah bekal abadi yang tidak akan pernah habis walaupun dibagikan ke semua orang. Sebagai siswa TKJ (Teknik Jaringan Komputer) yang juga bercita-cita menjadi engineer, saya pribadi berterima kasih kepada AWS. Melalui pelatihan yang kami terima, saya dibekali dengan ilmu dan keterampilan untuk melanjutkan kehidupan saya dan menyongsong masa depan yang lebih baik,” ujar Bima Mukhlisin.
InfoKomputer sendiri pernah bekerjasama dengan AWS untuk memperkenalkan cloud computing untuk pemula. Pada video di bawah ini, Anda akan diperkenalkan dengan AWS Free Tier, layanan cloud AWS yang tersedia secara gratis.
Yuk, kita belajar untuk menyambuat era digital di masa depan!
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR