Satu persatu tangga museum tua ini saya tapaki. Bagai tak lekang oleh waktu, Museum Mulawarman tetap kokoh terawat menyambut para pengunjung yang kembali berdatangan. Saya pun mengingat kembali masa kecil saya ketika berlibur mengunjungi museum ini. Sudah lama sekali rasanya.
Museum yang berada di tepi sungai Mahakam ini dulunya merupakan Istana Kutai Kartanegara, istana kerajaan pertama di Indonesia. Namun, pada akhirnya istana ini diserahkan dan dikelola menjadi museum negeri dengan nama Museum Mulawarman.
Berjalan mengitari museum bersama Drs. Triyatma, Kepala Seksi Promosi Pariwisata Kutai Kartanegara, juga seperti membawa kenangan masa lalu beliau. Dulunya, Pak Tri juga pernah bekerja di museum ini. Dengan seksama ia menjelaskan mengenai peninggalan yang ada dan beberapa yang sudah mengalami sedikit perbaikan.
Pesta Erau yang Mendunia
Tak hanya Museum Mulawarman, sembari berdiri di menghadap sungai Mahakam Pak Tri juga bicara banyak mengenai wisata budaya Pesta Erau. Ia bercerita dahulu Erau atau Eroh yang berarti ramai ini selalu dirayakan setiap tahunnya di bulan Juli. Kebijakan ini datang dari pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara yang menjadikan Erau sebagai pesta budaya.
Sudah dua tahun ini tidak dirayakan karena pandemi, pesta yang merupakan festival budaya dan telah masuk dalam Kalender Event Pariwisata Nasional ini masih selalu dinanti.
Sebabnya, Pesta Erau adalah pesta yang dapat dinikmati oleh semua kalangan dan bahkan menjadi magnet utama bagi wisatawan lokal maupun asing untuk singgah melihat beragam seni, sejarah, dan budaya yang dipamerkan tepat di ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara, Tenggarong.
Ziarah Makam Sultan dan Habib
Selain Tenggarong, lokasi wisata yang kami kunjungi saat berada di Kutai Kartanegara adalah Kutai Lama. Kutai Lama merupakan lokasi wisata religi yang juga berbarengan dengan wisata sejarah dan budaya. Untuk menuju Kutai Lama, kami memerlukan waktu kurang lebih dua jam dari Tenggarong.
Ini disebabkan karena Kutai Lama berada di bagian ujung lainnya dari Kabupaten Kutai Kartanegara. Wilayah Kutai Kartanegara sendiri memang benar-benar luas dan bisa dikatakan membentuk lingkaran yang menaungi beberapa kota di tengah-tengahnya.
Pilihan lain untuk bisa ke sini adalah sambil menikmati wisata susur Sungai Mahakam yang bisa diakses dari Samarinda. Dengan perjalanan susur Sungai Mahakam, wisatawan akan dimanjakan dengan pemandangan aktivitas sungai dan juga pemandangan kota. Selain itu, ada juga kesenian yang ditampilkan serta pemandu wisata yang andal selama berada di kapal khusus ini.
Sesampainya di Kutai lama, wisatawan akan turun sejenak di Pelabuhan Naga Kutai Lama. Dari sini, wisatawan bisa berziarah menuju makam Sultan Aji Dilanggar dan Sultan Aji Raja Mahkota (Datuk Jenggot Kawat) cukup dengan berjalan kaki sekitar 500 meter. Di sana terdapat pemandu wisata lainnya yang dapat menjelaskan cerita dan juga sejarah dari makam raja tersebut.
Tak jauh dari makam Sultan, wisatawan pun bisa berziarah ke makam Habib Hasim Bin Musaiyah (Tunggang Parangan), Habib yang membawa agama islam ke kerajaan ini. Inilah awal mula Sultan Aji Raja Mahkota memeluk agama islam.
Akses dan Petunjuk yang Perlu Diperhatikan
Untuk bisa menikmati perjalanan wisata religi dan budaya ini tentu saja harus didukung dengan infrastruktur yang memadai. Terutama akses menuju destinasi wisatanya. Sayangnya, sampai saat ini akses seperti jalanan, transportasi pendukung antar objek wisata, dan juga papan penunjuk arah masih belum memadai.
Hal inilah yang disampaikan oleh Ibu Rusdiana, salah satu peziarah yang datang dari Samarinda menggunakan motor ke makam Sultan. Ia mengeluhkan mengenai jalanan yang belum bisa dikatakan memadai serta penunjuk jalan yang akhirnya membuat wisatawan harus banyak bertanya pada warga sekitar.
Bupati Kutai Kartanegara, Drs. Edi Damansyah, M.Si, yang saya temui di kantornya mengatakan memang beberapa kondisi jalan di Kutai Kartanegara masih menjadi kendala.
“Bukan hanya jalan, tapi juga infrastruktur telekomunikasi hari ini juga masih jadi problem di Kutai Kartanegara,” katanya.
Pak Edi berharap akan ada percepatan infrastruktur di Kutai Kartanegara sebagai mitra Ibu Kota Negara (IKN) serta dukungan untuk percepatan pengembangan infrastruktur di bidang lainnya.
(Penulis: Erninta Afryani Sinulingga)
Baca Juga: Kabupaten Klaten: Smart City untuk Tingkatkan Promosi Wisata
Baca Juga: Trinitas Wisata Desa Pulisan di Minahasa Utara yang Siap Membahana
Penulis | : | Administrator |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR