Di tengah wisata perairan yang disodorkan oleh Belitung, ternyata ada wisata edukasi dan kehutanan yang tidak boleh dilewatkan ketika berkunjung ke pulau ini. Saya pun dengan bersemangat mendatangi salah satunya, yaitu Bukit Peramun yang menawarkan wisata hutan lindung yang berbeda.
Terletak di Sijuk, Kabupaten Belitung, Bukit Peramun terlihat seperti deretan pepohonan yang membentuk hutan pada umumnya. Namun, ketika masuk lebih dalam, saya dan tim menemukan satu titik poin untuk berkumpul para wisatawan yang hadir. Ternyata kami diajak untuk berkenalan lebih dalam dengan Bukit Peramun sebelum menjelajah ke dalamnya.
Saya pun sempat berbincang dengan Pak Adong, Ketua Arsel Community Bukit Peramun. Beliau menjelaskan kisah terbentuknya Bukit Peramun yang dibuka sejak tahun 2017 silam. Dimulai dari hutan lindung yang dikelola masyarakat, Pak Adong dan rekan-rekan lainnya melakukan riset untuk membentuk wisata yang menjual dan berbeda.
"Sebelum dibuka, kami melakukan riset dulu kepada beberapa wisatawan yang kami temui. Kesimpulannya 8 dari 10 orang mengatakan wisata di hutan kurang menarik," cerita Pak Adong. "Alasannya karena nyamuk, binatang buas, seram, angker, dan macam-macam lainnya. Akhirnya kami berpikir bahwa tidak bisa jualannya tentang keindahan atau kompetensi di dalamnya saja, tetapi harus jual konsep wisatanya." Hingga akhirnya tercetuslah konsep wisata hutan berbasis digital.
Bukit Peramun menawarkan empat paket wisata yang bisa dipilih sendiri oleh para wisatawan yang hadir, yaitu trekking, geowisata lintas alam, wisata edukasi, dan melihat tarsius di malam hari. Semuanya harus dilakukan reservasi untuk memudahkan persiapan dan pendampingan yang dilakukan. Kebetulan karena saya dan tim datang mendadak, jadi kami cukup puas menikmati kegiatan trekking hingga ke puncak Bukit Peramun yang indah.
Terapkan Konsep Digital di Wisata Lainnya
Untuk bisa menikmati wisata di Bukit Peramun, para wisatawan hanya butuh handphone untuk bisa mengerti dan memahami aneka pepohonan di dalamnya. Saya pun mencoba konsep QR Code yang ditawarkan dengan bermodal ponsel sendiri. Cukup mengarahkan kamera ke titik yang ada di batang pohon, informasi tentang pepohonan tersebut bisa ditampilkan dengan lengkap.
Selain itu, juga ada virtual guide dengan teknologi Augmented Reality yang bisa ditemukan di beberapa titik tertentu. Nantinya akan ada penjelasan suara mengenai geologis area serta informasi wisata secara lengkap. Supaya bisa menikmati informasi dengan maksimal, unduh dulu aplikasi PeramunHill Apps. Oh iya, meski berada di area hutan, tetapi ada wifi yang bisa dinikmati secara gratis, lho!
Menurut Pak Adong, ada sekitar 28 hutan kemasyarakatan di Belitung. "Kalau (konsep digital) yang di Peramun ini bisa diterapkan di semua tempat mereka (hutan lain), maka akan muncul Smart Island," jelas Pak Adong membayangkan masa depan Belitung. "Tiga tahun ke depan Bukit Peramun juga diharapkan menjadi pusat ekonomi baru. Menjadi pusat riset digital terapan di Indonesia," tutupnya.
Salah satu hutan yang juga sudah mengusung konsep digital yang serupa adalah Hutan Juru Seberang. Ekowisata berbasis ekosistem mangrove ini merupakan Kawasan Hutan Kemasyarakatan (HKm) bekas tambang timah yang lahannya terdiri dari daratan dan perairan. Di sana terdapat budidaya kepiting, ikan, hingga elang laut.
Dapat Dukungan Penuh Pemerintah
Ditemui di tempat berbeda, Bupati Belitung, H. Sahani Saleh, S.Sos, mengungkapkan kalau dirinya dan jajaran pemerintah Belitung sangat mendukung kemajuan yang diusung oleh masyarakat. Selain berorientasi pada pemasaran digital, pemerintah Belitung juga tidak lepas tangan terhadap pengembangan SDM masyarakat serta tetap berorientasi pada pengelolaan berbasis masyarakat.
Penulis | : | Administrator |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR