oleh Dan Neary Vice President, untuk Meta di Asia Pasifik
Pada awal tahun 2021, kita baru saja merasakan sebuah perubahan yang dimotori oleh pandemi global pertama di tengah era digital. Pada akhirnya, aktivitas dan gaya hidup kita berfokus di rumah, menggantikan aktivitas perjalanan ke berbagai daerah berbeda.
Di Singapura, kantor kami harus melakukan buka-tutup beberapa kali. Ketika situasinya memungkinkan untuk pergi ke kantor, banyak dari kami yang bereksperimen dengan model kerja hybrid, yang mengkombinasikan kerja jarak jauh dengan pertemuan virtual bersama kolega yang berada di kantor fisik.
Ini merupakan masa-masa perubahan yang sangat menantang bagi bisnis di berbagai skala. Mereka harus menemukan cara baru dalam bekerja dan mengembangkan bisnis, serta tetap terkoneksi dengan pelanggan mereka. Mereka berupaya untuk memperkaya pengalaman pelanggan di ranah online dengan mencoba format komunikasi yang baru agar dapat selalu hadir dimana pelanggan mereka berada.
Bulan lalu, kami meluncurkan sebuah serial dengan judul “Ideas That Matter”, dimana kami berbincang dengan pelaku usaha di kawasan Asia Pasifik untuk mendengar pengalaman dan strategi bisnis mereka. Setiap tahun, kami melihat peluang-peluang baru yang tercipta ketika tren sosial diimplementasikan ke dalam sebuah bisnis. Meskipun tren ini membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai potensi maksimalnya, ini terlihat sangat jelas bahwa ada setidaknya lima tren yang akan menjadi populer dalam waktu dekat ini:
1. Virtual and Augmented Reality
Baru-baru ini kami mengumumkan bahwa kami mengubah nama perusahaan menjadi Meta, dan membagikan visi kami tentang metaverse. Ini karena kami mulai melihat perubahan perilaku konsumen dan juga teknologi yang mendukung hal tersebut.
Berdasarkan data dari Facebook IQ: New dimensions of connection report (4 Juni 2021), secara global, 78 persen responden mengatakan AR merupakan cara yang menyenangkan untuk berinteraksi dengan merek, dan 74 persen responden percaya bahwa AR dapat menjembatani jarak antara ranah offline dan online.
2. Social Commerce
Model bisnis kini menjadi lebih sosial dari yang kita bayangkan. Orang-orang mencari dan menemukan produk yang disukai melalui kabar beranda teman mereka. Dampak dari cara pencarian seperti ini adalah munculnya ekspektasi, bahwa mereka bisa menghubungi sebuah bisnis atau merek semudah seperti menghubungi teman mereka.
Menjadi bisnis yang mudah dihubungi dapat berarti perbedaan antara pertumbuhan dan situasi stagnan. Mari lihat kisah dari Bubble Tea Club -sebuah usaha kecil di Australia. Pam Yip dan Jenny Le kehilangan pekerjaan mereka pada 2020 dan berpikir untuk memulai bisnis Do-it-Yourself bubble tea. Mereka meluncurkan bisnis tersebut di Facebook dan Instagram, menggunakan foto dan video sederhana untuk bercerita tentang bisnis mereka dan terhubung dengan pelanggan melalui perpesanan. Dalam kurun waktu setahun, mereka telah tumbuh menjadi bisnis jutaan dolar dan mampu memperoleh pendanaan untuk mengembangkan bisnis.
3. Mega Sale Days
Semakin hari, acara-acara seperti ini mulai menggabungkan elemen hiburan dan berbelanja. Saya berbicara dengan Sapna Nemani, Chief Product and Solutions Officer, Publicis Groupe, untuk Asia Pasifik, yang mengidentifikasi tiga hal utama dari tren ini. Pertama adalah bahwa Mega Sale Days merupakan fase paling awal bagi konsumen yang melakukan belanja online untuk pertama kali. Kedua, ini bukan lagi tentang potongan harga, orang-orang memilih sebuah merek karena nilai-nilai dan visinya, serta keseluruhan pengalaman konsumen yang semakin sosial dan kaya akan interaksi. Melihat hal tersebut, Sapna menyarankan kliennya untuk membuat perencanaan yang matang untuk keseluruhan aktivitas dan bukan hanya berfokus pada hari penjualan. Karena hal ini bukan hanya soal potongan harga, penting untuk menciptakan nilai bagi sebuah merek. Ini dapat dilakukan dengan melihat secara seksama fase-fase penting dalam proses pencarian oleh konsumen.
Penulis | : | Indah PM |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR