Dan saat itu terjadi, perusahaan harus mampu mengarahkan pelanggan ke server yang berfungsi dan “sehat”. Dan, lagi-lagi di sinilah peran load balancing dalam kerangka membangun business resilience dan business continuity.
Ada beberapa manfaat yang akan diperoleh dari implementasi load balancing, di antaranya, meningkatkan skalabilitas, memastikan ketersediaan (availability), dan meningkatkan kelincahan (agility).
Cloud Load Balancer Saja Tidak Cukup
Pertanyaan selanjutnya yang kerap diajukan pengguna cloud adalah apakah load balancing appliance masih dibutuhkan ketika penyedia cloud sudah menyediakan cloud-native/cloud-delivered load balancer?
Tak bisa dimungkiri, cloud-native load balancer menawarkan manfaat yang menarik, misalnya auto scaling dan kemudahan deployment. “Tapi mayoritas fitur pada dedicated load balancer appliance tidak ada pada cloud-native load balancer,” terang Henry.
Salah satunya adalah menjaga konsistensi konfigurasi di antara cloud dari penyedia yang berbeda. Standardisasi konfigurasi sepenuhnya agak sulit dicapai perusahaan. Menurut Henry, satu-satunya cara untuk meraih manfaat penempatan global services di berbagai lokasi geografis yang berbeda adalah dengan memanfaatkan global server load balancer. Dan ini tidak mungkin dikaver oleh satu vendor.
“Anda memerlukan semacam kecerdasan untuk mempublikasikan aplikasi dalam satu skenario yang memungkinkan pengguna diarahkan ke lokasi yang tepat dalam situasi yang tepat juga,” ujar Henry. Standardisasi ini akan mengurangi kerumitan mengelola load balancing tanpa memandang platform yang melandasinya.
Kiat Memilih solusi Load Balancing
Di bagian akhir pemaparannya, Henry Kay juga membagikan hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih solusi load balancer untuk implementasi multi cloud. Pertama, perhatikan fitur-fitur penting dan manfaatnya yang harus memudahkan implementasi dan pengoperasian.
“Teknologinya harus cukup simpel untuk di-deploy di banyak cloud. Solusi ini arus tersedia di banyak tempat atau tersedia sebagai BYOL image yang dapat dengan mudah Anda deploy ke cloud,” jelas Henry.
Kedua, lisensinya harus cukup fleksibel, mudah dikonsumsi, seingga mudah pula untuk membeli dan mengelolanya. Tak lupa Henry menyarankan perusahaan untuk melihat apakah fitur-fitur yang ditawarkan cukup memadai dan matang, misalnya ketersediaan fitur advanced Layer 7 Health Checking.
Harga yang kompetitif untuk value yang optimal juga harus menjadi pertimbangan dalam memilih solusi load balancing yang tepat. “Jangan berpikir bahwa cloud-native load balancer akan lebih murah. Jika dikalkulasi per tahun, seringkali, atau selalu, cloud-native load balancer seringkali, atau bahkan selalu, tujuh kali lebih mahal dari pada solusi load balancing appliance,” ujar Henry.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR