Epson Indonesia ikut berpartisipasi di Jakarta Biennale yang kembali diselenggarakan setelah vakum empat tahun, pameran kali ini mengangkat tema “ESOK” yang telah dibuka bagi umum sejak 21 November 2021 hingga 21 Januari 2022 di Museum Nasional, Museum Kebangkitan Nasional (STOVIA), dan ruang-ruang publik di kawasan Jakarta Pusat. Pameran seni rupa interaktif tahun ini mengusung konsep yang dipersembahkan bagi penduduk Jakarta selama pandemi, sekaligus sebagai sebuah ajakan dan panggilan untuk membangun masa depan yang penuh harapan, lebih lenting, dan lebih kreatif. Pameran kali ini dikuratori oleh Grace Samboh (Indonesia), Sally Texania (Indonesia), dan Qinyi Lim (Singapura).
“Epson sudah sejak lama dan konsisten mendukung kegiatan pameran seni yang dipadukan dengan teknologi digital. Salah satu nya adalah Jakarta Biennale tahun ini yang menggandeng seniman lokal dan mancanegara dalam sebuah kolaborasi seni dan digital. Kami berharap adanya media baru yang dapat disuguhkan ke berbagai lapisan masyarakat terlebih lagi untuk mereka yang awam akan seni. Sehingga dengan peran teknologi digital, sebuah karya seni dapat direpresentasikan lebih menarik dan atraktif. Semoga apa yang disajikan oleh Jakarta Biennale dapat dinikmati masyarakat luas sebagai bentuk apresiasi perkembangan zaman dan juga teknologi.” kata Zanipar S A Siadari, Head of Visual Instrument & Printer Department Epson Indonesia.
Untuk kedua kalinya Epson Indonesia mendukung Jakarta Biennale sebagai partner resmi, dengan mengakomodasi 16 seniman dari berbagai negara untuk karya seni kolaborasi dengan teknologi visual proyeksi melalui 3LCD Epson. Melalui pameran seni rupa interaktif ini, Epson Indoensia mencoba untuk menyampaikan pesan bahwa penggunaan proyektor tidak terbatas pada ruang kelas dan rapat. Melainkan sebagai perangkat pendukung yang dapat menampilkan karya seni agar para penikmat dapat terlibat baik secara visual maupun interaksi. Dengan menampilkan banyak instalasi karya secara visual, diharapkan dapat meningkatkan antusiasme para pengunjung maupun pecinta karya seni untuk hadir dalam pameran visual ini.
Tema ESOK memberikan bayangan sebagai sebuah tantangan bagi para seniman untuk mewujudkan visi masing-masing. Tantangan ini menyentuh berbagai permasalahan kehidupan saat ini seperti, hak asasi manusia, krisis iklim, keberagaman, pemberdayaan perempuan, kesetaraan gender, diskursus kebudayaan, hingga gangguan digital dan situasi pandemi.
Melalui pendekatan “aktivisme kuratorial”, strategi dan praktek seni dihadirkan lewat beragam medium, platform, ruang fisik dan virtual, seni relasional dan partisipatoris, serta arsip sebagai basis pengkaryaan dan produksi pengetahuan. Dengan itu, ESOK ingin mengajak msyarakat, dan semua yang terdampak pandemi untuk terlibat dalam percakapan tentang apa yang dapat dilakukan bersama dan bagaimana praktek seni bisa berkontribusi terhadap ekosistem seni dan kota sebagai sebuah peristiwa sosial, terutama atas apa yang telah terjadi selama hampir dua tahun terakhir ini.
“Sebagai kegiatan seni kontemporer terpanjang dalam sejarah Indonesia, selama 47 tahun Jakarta Biennale telah mendokumentasikan apa yang dikatakan dan dilakukan tentang seni pada dunia sekitar kita. Jakarta Biennale merupakan tolok ukur dalam dunia seni di Indonesia,” ujar Farah Wardani, Direktur Program Jakarta Biennale 2021
Jakarta Biennale 2021 merupakan inovasi di saat pandemi dengan membuka peluang diselenggarakannya pameran visual yang menunjukan hasil karya para seniman Indonesia dengan memanfaatkan teknologi digital. Selain pameran juga mengadakan program-program yang melibatkan publik, seperti Guided Tour untuk masyarakat, berbagai workshop seni, simposium dan pemutaran film. Informasi lengkap bisa dilihat di laman jakartabiennale.id.
KOMENTAR