Alhasil, pengrajin tempe Kampung Sanan hingga saat ini mampu bertahan meski diterpa berbagai ujian di setiap masa-nya.
Hal ini dibuktikan dengan adanya inovasi berkelanjutan yang membuat tempe khas Kampung Sanan ini tetap diminati masyarakat.
Seperti inovasi yang dilakukan oleh Paguyuban Pengrajin Tempe dan Keripik Tempe Sanan.
Di sini, para pelaku usaha mencoba membuat berbagai varian yang terbuat dari limbah tempe. Mulai dari stik tempe, stik mendol, stik bawang, hingga puding.
Selain itu, ada pula olahan lain seperti tempe sagu, rolade, kastengel, dan burger. "Inovasi ini kami buat sebagai upaya untuk mempertahankan industri yang sudah ada sejak lama. Sebab, pandemi COVID-19 sangat memukul sentra pembuatan tempe ini. Jadi, kami harus selalu membuat sesuatu yang berbeda untuk menarik perhatian," ungkap Wakil Ketua Pokdarwis Kampung Sanan.
Trinil menambahkan, hampir 30 persen pengrajin tempe bangkrut akibat dihantam badai ini.
Sehingga, ia berharap, Gerakan Menuju 100 Smart City di Kota Malang dapat memberikan dampak positif bagi pengrajin tempe.
Terlebih, Kampung Sanan merupakan salah satu kampung tematik yang ada di Kota Malang.
Di mana kampung tematik sendiri menjadi salah satu wisata unggulan yang ada di lebih dari 20 desa di Kota Apel ini.
Pemberdayaan Masyarakat dan Festival Kampung Tematik
Walikota Malang, Drs. H. Sutiaji mengungkap, Pemerintah Kota (Pemkot) Malang memiliki beberapa strategi untuk mengembangkan sektor pariwisata, terutama kampung tematik.
Ia menuturkan telah memberikan instruksi kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Malang untuk membuat berbagai acara yang dapat mempromosikan kampung tematik, meski di tengah pandemi.
Penulis | : | Administrator |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR