Salah satunya dengan membuat festival kuliner yang dilakukan secara daring. Acara ini rencananya akan dilakukan secara berkelanjutan setiap tahun dan bila situasi memungkinkan, acara ini bisa dikunjungi wisatawan agar bisa melihat festival secara langsung.
Selain itu, demi memanfaatkan kawasan Bromo-Tengger-Semeru, Pemkot Malang akan membuat satu spot sebagai titik kumpul wisatawan yang ingin mengunjungi Gunung Bromo.
Rencananya, Kampung Heritage Kajoetangan akan menjadi tuan rumah lokasi tersebut dan dibuatkan banyak tempat kongkow-kongkow seperti cafe, toilet, panggung musik, hingga fasilitas penunjang lain.
"Kenapa Kajoetangan? Karena kampung tersebut memiliki nilai sejarah yang amat tinggi. Masih ada bangunan peninggalan kolonial Belanda dan rumah warga yang sudah berdiri hingga 200 tahun lamanya. Alhasil, Kajoetangan sangat cocok sebagai pusat keramaian wisatawan agar mengenal Kota Malang lebih dekat," tuturnya saat ditemui di Kantor Walikota Malang.
Disisi lain, di Jalan Basuki Rahmat, salah satu akses menuju Kampung Heritage Kajoetangan, akan disulap seperti Jalan Malioboro yang ada di Yogyakarta. Namun, ini masih sebatas rencana dan konsepnya masih dalam penyelesaian.
Kemudian, melalui smart branding, Sutiaji berharap pariwisata di Kota Malang dapat terus berbenah dan memberikan yang terbaik.
Terlebih, banyak kampung tematik yang sudah dikenal luas oleh masyarakat, hanya perlu pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang harus selalu ditingkatkan.
(Penulis: Dzaky Nurcahyo)
Baca Juga: Kabupaten Lombok Timur: Kelola Emas Hitam Sembalun Lewat Program Smart City
Baca Juga: Peran Smart City dalam Mendorong Ekowisata Boon Pring Andeman di Kabupaten Malang
Penulis | : | Administrator |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR