Berdiri pada ketinggian 1.000 mdpl di atas permukaan laut, Taman Wisata Iman (TWI) memiliki suasana sejuk nan asri.
Pepohonan rindang yang didominasi oleh pohon pinus memang mengelilingi setiap sudut objek wisata populer ini.
Sehingga, tak ayal, suasana yang disuguhkan oleh TWI begitu tenang dan nyaman. Sebab, sejak awal berdiri, TWI memang memiliki perencanaan pembangunan yang dapat menyatu dengan alam di sekitarnya.
Oleh sebab itu, TWI memang sengaja dibangun di atas sebuah perbukitan yang dikenal dengan nama Bukit Sitinjo. Perbukitan ini dipilih karena dapat mendukung unsur-unsur wisata yang ada di TWI.
Maklum, TWI merupakan bentuk representasi dari kerukunan umat beragama yang ada di Kabupaten Dairi.
Tercatat, terdapat lima rumah ibadah yang memang melambangkan lima agama yang diakui di Indonesia pada objek wisata ini.
Dengan memiliki konsep wisata rohani, tentu perlu lokasi yang dapat memberikan rasa damai kepada para pengunjung. Dan akhirnya terpilihlah Bukit Sitinjo sebagai lokasi utama berdirinya TWI.
Alasannya sederhana, Bukit Sitinjo terletak tidak terlalu jauh dari Ibu Kota Kabupaten Dairi, Sidikalang, serta kawasan yang berada di sekitar Bukit Sitinjo mayoritas dikelilingi perkebunan. Sehingga jauh dari kebisingan suara kendaraan bermotor.
Dengan begitu, pemilihan lokasi yang tepat seharusnya dapat memberikan rasa khusyuk bagi siapa pun yang ingin menjalani wisata spiritual di TWI.
Terdampak Pandemi Covid-19
TWI sendiri sudah dibangun sejak tahun 2005. Pembangunannya dilakukan secara bertahap karena dana yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Dairi cukup terbatas saat itu.
Meski membutuhkan waktu hingga empat tahun lamanya untuk diresmikan, tetapi konsep pembangunan yang dicetuskan langsung oleh DR. Master Parulian Tumanggor (Bupati Dairi Ke-18) ini memberikan dampak positif bagi masyarakat Kabupaten Dairi.
Selain menjadi lebih dikenal, ekonomi masyarakat yang berada di sekitar lokasi wisata juga meningkat. Penjualan berbagai suvenir yang berbau TWI laku keras diburu wisatawan.
Penulis | : | Administrator |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR