Cloud computing menjadi salah satu strategi penting perusahaan dan organisasi dalam transformasi digital, terlebih di saat pandemi. Komputasi awan menjadi andalan perusahaan saat mereka menghadapi tantangan kerja jarak jauh dan mengalami kendala sumber daya akibat pandemi COVID-19.
Dan cloud computing diperkirakan akan semakin moncer eksistensinya di tahun ini seiring langkah perusahaan dan organisasi untuk mengadopsi model bisnis yang berlandaskan data (data-driven), cara kerja jarak jauh dan hibrida, dan global supply chain.
Di 2022 ini kita masih akan melihat adopsi dan pertumbuhan pesat komputasi awan. Kemampuan dan model deployment, serta beragam penawaran baru akan terus dihadirkan oleh penyedia layanan cloud, untuk berbagai segmen bisnis dan industri.
Inilah sejumlah tren terkait komputasi awan 2022 yang dirangkum InfoKomputer dari berbagai sumber.
1. Pertumbuhan cloud dan use case baru
Infrastruktur cloud adalah tulang punggung hampir semua layanan digital, mulai dari media sosial dan content streaming hingga mobil swakemudi dan infrastruktur Internet of Things (IoT). Tak heran jika Gartner memprediksi pengeluaran (spending) global untuk layanan cloud akan mencapai lebih dari US$482 miliar tahun ini atau meningkat dari US$313 miliar di 2020.
Kehadiran jaringan supercepat 5G dan Wi-Fi 6E tidak hanya menyibukkan cloud dengan jumlah data yang semakin besar tetapi juga dengan data jenis baru, menurut ramalan Forbes.
2. Hybrid cloud makin dibutuhkan
Di awal perkembangan cloud, perusahaan dan organisasi punya dua pilihan adopsi cloud: menggunakan public cloud dengan model pay-as-you-go atau private cloud yang bisa lebih disesuaikan dan fleksibel terhadap kebutuhan.
Saat ini, penyedia cloud seperti AWS, Microsoft, Google, dan IBM gencar menawarkan model hybrid yang mengusung keunggulan public dan private cloud. Data yang harus dan sering diakses dengan cepat dapat ditempatkan di public cloud. Sementara data yang bersifat lebih sensitif dan mission-critical dapat ditaruh di private cloud sehingga akses dapat dimonitor dan data diproses menggunakan aplikasi di lingkungan internal perusahaan.
Dengan keinginan untuk mengeksplorasi use case-use case baru dalam pemanfaatan cloud, Forbes memperkirakan akan semakin banyak perusahaan menerapkan lingkungan multi cloud sehingga mereka bisa menggunakan berbagai layanan cloud dari provider yang berbeda.
Right Scale mencatat bahwa pada tahun 2018, hybrid cloud sudah masuk dalam strategi cloud enterprise 51 persen perusahaan di dunia. Dan pada tahun 2020, 82 persen perusahaan di dunia memilih hybrid sebagai strategi cloud perusahaan.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR