Data mereka menyebutkan, nilai ekonomi digital Indonesia pada tahun 2020 yang tumbuh 11 persen dari tahun sebelumnya sudah mencapai 44 miliar dollar AS atau sekitar Rp 635 triliun.
“Ledakan” itu dirasakan oleh Telkomsel yang kontribusi bisnis digitalnya pada pendapatan perusahaan mencapai 77,5 persen, dan yang selama tiga tahun terakhir naik 6 persen. Pendapatan anak perusahaan PT Telkom itu pada triwulan 3 tahun 2021 mencapai Rp 65,14 trilun, sebesar Rp 50,5 trilun di antaranya disumbang bisnis digital.
Selain membentuk TED, menurut Sarwoto, Telkomsel sangat cepat dalam mengantisipasi perkembangan perusahaan di masa depan, mengamankan dan meningkatkan value perusahaan. Mereka mengembangkan bisnis new tech, seperti IoT, Big Data, BlockChain, Robotics, dan turunannya.
Juga bekerja sama dengan OTT yang sudah berhasil, bekerja sama atau membeli saham perusahaan ride hailing seperti Gojek dan semacamnya. Atau memodali startup yang sedang mulai, semuanya untuk menjaga keberlanjutan (sustainable) perusahaan dan membuat perusahaan tumbuh secara organik.
Return tinggi
Memang, bekerja sama dengan perusahaan yang sudah mapan risikonya rendah tetapi return-nya juga rendah. Dengan startup, risiko tinggi tetapi kalau berhasil dan value-nya tinggi, return-nya juga tinggi.
Sementara Ian Josef Matheus Edward, Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia, Institut Teknologi Bandung (ITB), pembentukan ekosistem digital sangat penting dan keuntungan terbesar saat ini ada pada mereka. E-commerce, sistem transportasi digital, yang mempertemukan mereka dengan pelanggan, termasuk alat bayar, adalah operator jaringan.
‘Telkomsel akan menjadi hub dari ekosistem yang bernilai sangat tinggi,” katanya.
Kerja sama operator dengan OTT seharusnya memberi keuntungan kepada operator penyedia jaringan. Pemain OTT juga memerlukan operator agar bandwidth serta prioritas ke layanan OTT dibuat nomor satu. Wajar kalau ingin mendapat perlakuan khusus, OTT harus membagi revenue-nya.
Mengenai pembentukan TED, kata Ian, ada pendekatan yang berbeda agar fokusnya sesuai dengan visi dan misi anak perusahaan tersebut. Upaya ini dikatakan sangat baik, adanya peluang ke depan dengan memisahkan dengan bisnis utama Telkomsel.
Saat ini tren bisnis operator ke depan adalah merger yang sudah dibuka peluangnya oleh peraturan perundangan. Atau membentuk anak perusahaan yang fokus di bidangnya, tetapi tetap berkoordinasi dengan perusahaan induk.
Memang, bekerja sama dengan perusahaan yang sudah mapan risikonya rendah tetapi return-nya juga rendah. Dengan startup, risiko tinggi tetapi kalau berhasil dan value-nya tinggi, return-nya juga tinggi.
Sementara Ian Josef Matheus Edward, Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia, Institut Teknologi Bandung (ITB), pembentukan ekosistem digital sangat penting dan keuntungan terbesar saat ini ada pada mereka. E-commerce, sistem transportasi digital, yang mempertemukan mereka dengan pelanggan, termasuk alat bayar, adalah operator jaringan.
‘Telkomsel akan menjadi hub dari ekosistem yang bernilai sangat tinggi,” katanya.
Kerja sama operator dengan OTT seharusnya memberi keuntungan kepada operator penyedia jaringan. Pemain OTT juga memerlukan operator agar bandwidth serta prioritas ke layanan OTT dibuat nomor satu. Wajar kalau ingin mendapat perlakuan khusus, OTT harus membagi revenue-nya.
Mengenai pembentukan TED, kata Ian, ada pendekatan yang berbeda agar fokusnya sesuai dengan visi dan misi anak perusahaan tersebut. Upaya ini dikatakan sangat baik, adanya peluang ke depan dengan memisahkan dengan bisnis utama Telkomsel.
Saat ini tren bisnis operator ke depan adalah merger yang sudah dibuka peluangnya oleh peraturan perundangan. Atau membentuk anak perusahaan yang fokus di bidangnya, tetapi tetap berkoordinasi dengan perusahaan induk.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Rizal |
Editor | : | Rizal |
KOMENTAR