Mozilla resmi menghentikan operasional browser Firefox versi VR/AR atau Firefox Reality dan meneruskan tongkat estafet kepada tim luar yang akan meluncurkan kembali software ini dengan nama baru.
Mozilla segera menghapus Firefox Reality dari toko aplikasi dalam beberapa minggu ke depan. Nantinya, Igalia, perusahaan pengembang software open source asal Spanyol akan mengambil alih dan mengubah Firefox Reality menjadi Wolfix pada pekan depan.
Dalam ucapan perpisahannya, Mozilla mengatakan pelepasan Firefox Reality adalah evolusi alami perusahaan dan Mozilla akan beralih menggunakan teknologi terbaru yang dapat meningkatkan pelayanan kepada pengguna.
"Dengan teknologi lain, kami memastikan komunitas dan proyek kami dapat terus berkembang dan berkontribusi ke web," kata Mozilla seperti dikutip dari The Verge.
Dalam unggahan ini, terkait standar WebVR dan WebAR, Mozilla juga mengklaim pihaknya berada di garis terdepan dalam pengembangan teknologi baru. Sementara itu, Igalia juga sebelumnya berkontribusi untuk WebKit dan proyek open-source Chromium.
Saat ini Firefox Reality tersedia di headset Meta Quest milik Facebook, Viveport HTC, headset VR Pico, serta headset HoloLens dari Microsoft.
Awalnya, Mozilla mendesain Firefox Reality supaya pengguna bisa mengakses browser dari headset VR-nya dan memungkinkan pengguna bisa merasakan pengalaman VR/AR berbasis website.
Sebagai informasi, peramban VR dan AR dinilai sebagai platform yang kerap diabaikan dalam perbandingan dengan aplikasi headset bawaan yang menawarkan lebih banyak alternatif terbuka pada toko aplikasi terkurasi.
Firefox Reality
Teknologi Virtual Reality (VR) disebut-sebut sebagai masa depan. Pemakaiannya sudah mulai lumrah untuk menjajal game, maupun menonton video secara keseluruhan.
Karenanya, layanan peramban Mozilla fokus mengembangkan teknologi mutakhir ini. Setelah merilis tool “WebVR” untuk dukungan konten VR, kini Mozilla meluncurkan
peramban khusus yang berdiri sendiri (standalone) bertajuk “Firefox Reality”.
Sesuai namanya, Firefox Reality membawa pengalaman visual yang lebih nyata ke depan layar melalui teknologi VR. Pengguna benar-benar dibawa menelusuri ranah maya melalui visualisasi 3D yang menjadi ciri khas VR.
Mengunjungi alamat URL, mencari berita-berita terbaru, streaming video atau game dalam bentuk 2D dan 3D di internet, tak perlu lagi memakai mouse.
Pengguna hanya perlu perlu menggerakkan kepala yang telah memakai perangkat VR, beserta controller-nya di tangan.
Firefox Reality telah tersedia pada platrform VR di pasaran, antara lain Oculus, Viveport, dan Daydream. Namun, peramban ini masih dalam versi awal 1.0, sehingga masih akan ditingkatkan lagi dari segi performa dan user experience (UX).
Salah satu fitur yang cukup menarik adalah perintah suara (voice command) yang membantu pengguna berselancar tanpa harus sering-sering menekan teks pada controller seperti dikutip TechCrunch.
Mozilla bisa dibilang cukup berhati-hati dalam merealisasikan teknologi VR pada perambannya. Tak mau terburu-buru, perusahaan ini lebih dulu menguji coba dan membiasakan pengalaman pengguna via tool WebVR.
Setelah dirasa audiens sudah terbiasa dengan pola VR, ditambah game bernuansa VR semakin membludak di pasaran, barulah Mozilla bergerak cepat mengembangkan Firefox Reality.
Lantas, kapan Google Chrome dan Apple Browser bakal mengikuti jejak ini? Kita tunggu saja.
KOMENTAR