Data scientist specialist akan menjadi profesi paling dicari di Indonesia pada tahun 2022 ini. Secara skills, seorang data scientist specialist dituntut memiliki keahlian di bidang machine learning dan bahasa pemrograman Python.
Yang menarik, rata-rata pengalaman kerja seorang data scientist cukup sekitar 1,3 tahun. Hal ini mengindikasikan kebutuhan yang tinggi di industri terhadap keahlian ini, sehingga durasi pengalaman yang dianggap memadai pun relatif pendek. Industri yang saat ini paling memburu data scientist adalah perbankan, perusahaan teknologi, serta e-learning. “Akan tetapi, semua industri yang saat ini melakukan transformasi digital juga akan membutuhkan data scientist,” ungkap Lanny Wijaya (Indonesia Market Lead Linkedin).
Temuan itu dikemukakan Lanny berdasarkan analisis data Linkedin dari kacamata profesi yang paling cepat tumbuh dalam lima tahun terakhir. Lanny mengungkapkan berbagai temuan menarik itu dalam acara Microsoft Dev//Verse 2022, acara tahunan Microsoft Indonesia yang ditujukan bagi developer Indonesia.
Selain data scientist specialist, profesi lain yang juga banyak dicari di tahun ini adalah machine learning engineer. Di posisi ini, skills yang wajib dikuasai adalah deep learning, Tensor Flow, serta computer vision. Di luar skills berbasis teknologi digital, tiga profesi lain adalah patient access representative, career coordinator, dan government representative.
Akan tetapi, Lanny juga mengingatkan akan perubahan cepat yang terjadi dalam konteks talenta dan skills. Lanny mencontohkan, lima software yang paling dicari talentanya di tahun 2015 adalah MySQL, PHP, Javascript, Microsoft SQL Server, dan SQL. Namun di tahun 2021, urutannya menjadi CodeIgniter, Laravel, PHP, MySQL, dan Flutter. “Jika dilihat secara keseluruhan, selama lima tahun, hampir 30% dari keterampilan sudah berubah,” tambah Lanny.
Karena itu, penting bagi setiap individu untuk memiliki growth mindset (atau cara berpikir untuk terus berkembang) serta bounce forward (menjadikan hambatan untuk bergerak maju). Mengutip Gemma Leigh Roberts, salah satu instruktur di Linkedin Learning, saat ini resilience tidak lagi sekedar dapat kembali ke jalurnya setelah mengalami kegagalan. “Resilience adalah kesempatan untuk bounce forward dengan menggunakan growth mindset untuk menemukan cara baru dalam bekerja dan hidup,” ungkap Lanny.
Pentingnya Mengembangkan Talenta Internal
Dalam konteks perusahaan, Lanny juga mengingatkan untuk terus mendorong rasa ingin belajar dari setiap karyawan. Caranya dengan menyediakan sistem yang memungkinkan setiap karyawan untuk tumbuh dan berkembang. “Karyawan perlu merasa mereka memiliki kesempatan mengembangkan diri. Jika tidak, perusahaan akan kehilangan talenta potensial ini,” ungkap Lanny.
Toh pada akhirnya, proses pengembangan diri karyawan akan dirasakan manfaatnya oleh perusahaan. Data menunjukkan, talenta yang muncul dari internal akan lebih murah jika dibanding menarik talenta eksternal yang sudah matang. “Data juga menunjukkan, talenta internal ini akan bekerja lebih lama di dalam perusahaan,” tambah Lanny.
Yang tak kalah penting, saat ini adalah era human-centered companies. Pandemi telah membuka sisi humanis dari lingkungan bekerja. Karyawan ingin dilihat sebagai manusia di atas posisinya sebagai karyawan. Karena itu, perlakukan karyawan dengan hormat, saling percaya, dan dengarkan suara mereka.
“Untuk mendapatkan dan mempertahankan talenta yang akan membawa keberlanjutan perusahaan, perusahaan harus terus memeriksa budaya perusahaan dan menyempurnakannya sehingga sesuai dengan ekspektasi karyawan,” tambah Lanny.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR