HR (human resource) menjadi salah satu bidang yang memiliki banyak pekerjaan repetitif yang perlu diotomatisasi maupun didigitalisasi. Tren tersebut bahkan menguat dalam beberapa tahun terakhir seiring makin aware-nya perusahaan untuk membenahi sistem pengelolaan HR-nya. Kondisi inilah yang lantas mendorong Suwandi Soh bersama dua rekannya untuk membantu memecahkan masalah HR melalui solusi yang mereka rancang.
“Awalnya kami ingin memecahkan masalah administrasi HR yang sangat merepotkan dan menghabiskan waktu pemilik bisnis, selain itu kesalahan yang ada juga merugikan karyawan dan perusahaan,” tutur Suwandi kepada InfoKomputer.
Lebih jauh, Suwandi menyebut bahwa ia bersama sang co-founder, Dirman Suharno dan Agung Purnama memiliki kesamaan dalam menjalankan bisnis lain sebelum terjun mengembangkan Sleekr. “Pada saat itu kami menemukan bahwa kami dan tim kami menghabiskan banyak waktu dalam administrasi HR dan juga ada banyak kesalahan administrasi yang dapat membuat karyawan kecewa, misalnya kesalahan menghitung data cuti, [atau] lupa membayarkan reimbursement karyawan,” jelas Suwandi.
Dari permasalahan tersebut, Suwandi lantas melakukan banyak diskusi dengan rekan yang memiliki bisnis. Ia pun menyebut jika pada umumnya, masalah yang dihadapi rekan-rekannya juga sama. Kemudian dari sana, Suwandi menemukan beberapa solusi alternatif yang ada. Namun solusi tersebut pada saat itu tidak menarik bagi pemilik usaha kecil dan menengah karena dianggap terlalu mahal, tidak cocok dengan aturan dan kebiasaan di Indonesia, serta sulit digunakan.
Langkah inilah yang lantas menjadi loncatan Suwandi untuk membuat Sleekr yang mudah dipakai bagi admin HR maupun karyawan yang menggunakannya sehari-hari. “Nama Sleekr sendiri kami ambil dari slick, yang berarti smooth, keren, dan mulus,” ungkap Suwandi. Filosofi inilah yang menjadi landasan Sleekr untuk mengusung desain yang mudah bagi admin di HRD maupun karyawan yang menggunakannya sehari-hari.
Bidik Masalah HR
Solusi HR karya Suwandi dan dua orang rekannya ini kemudian beroperasi untuk pertama kalinya pada Februari 2015. Pada saat itu, MVP (Minimum Viable Product) yang mereka usung termasuk data karyawan, cuti, hingga aturan perusahaan. Solusi yang ingin mereka tawarkan meliputi solusi HR dan accounting yang lengkap dan kompatibel bagi perusahaan modern, terlepas dari bidang usaha maupun ukurannya.
Untuk data HR misalnya, solusi ini meliputi data karyawan yang lengkap, manajemen cuti dan sakit, manajemen klaim ataupun reimbursement, pengelolaan kebutuhan surat perusahaan seperti surat keterangan kerja, penanganan keluhan karyawan, perhitungan PPh 21 dan BPJS, hingga pengiriman slip gaji digital.
Sementara untuk bidang accounting meliputi kemudahan jurnal, dasbor finansial perusahaan instan, pembuatan laporan keuangan otomatis, rekonsiliasi bank dan pembukuan, pengiriman invoice, pengiriman PO, hingga administrasi data gudang.
Suwandi tak menampik jika seratus persen dana untuk mendirikan Sleekr berasal dari swadaya. Namun pengorbanan tersebut tidak sia-sia karena adanya respons yang sangat baik, Sleekr mendapatkan angel investor untuk membuat Sleekr versi 2 yang lebih canggih dan lengkap.
Hingga artikel ini kami tulis, Suwandi menyebutkan jika Sleekr telah membantu mengelola lebih dari 10 ribu karyawan untuk HR serta lebih dari 5.000 pengguna aplikasi pembukuan. Angka yang dicapai selama sekitar kurun waktu dua tahun ini menurut Suwandi muncul karena kesadaran pengguna juga sudah makin besar. “Perusahaan kecil juga makin sadar bahwa ini makin mudah jika dimulai sejak karyawan mereka baru [berjumlah] 10, 20, ataupun 30. Dan tidak menunggu sampai 100, di mana segala sesuatunya menjadi kompleks,” jelas Suwandi.
Kini Suwandi dan tim sedang memulai memasarkan Sleekr, terutama setelah menyelesaikan Sleekr versi 3 sehingga benar-benar teruji dan sesuai untuk dipakai perusahaan-perusahaan di Indonesia. Suwandi juga tak menargetkan pertumbuhan dari sisi jumlah pengguna, namun lebih kepada bagaimana pengguna dapat benar-benar terbantu dan aktif dalam menggunakan Sleekr.
Komputasi Awan
Meski gaung komputasi awan (cloud computing) sudah terdengar belakangan ini, tak dimungkiri masih ada bisnis yang tetap percaya jika data akan lebih aman disimpan di server TI mereka. Di sinilah tantangan Sleekr.
Suwandi dan tim harus dapat meyakinkan konsumen bahwa menyimpan data perusahaan di cloud justru jauh lebih aman daripada di server mereka. Pasalnya, menyimpan data di server milik sendiri bisa lebih berbahaya, apalagi dengan kekuatan TI yang minim, misalnya kehilangan data. “Bahkan kami pernah mendengar salah satu pengguna kami yang bercerita bagaimana ada data yang dimanipulasi salah satu karyawan mereka yang beritikad tidak baik,” tutur Suwandi. Tugas Sleekr adalah mencoba memberikan edukasi kepada calon pengguna, termasuk cara menjaga keamanan data mereka.
Tantangan lain yang juga mereka hadapi yaitu awareness akan adanya solusi seperti Sleekr. Kondisi ini juga yang mendorong mereka melakukan aktivitas pemasaran seperti iklan online, hingga aktivitas di komunitas. “Komunitas SMEtalks yang kami bentuk sangat baik dalam memberikan awareness akan fitur maupun solusi Sleekr,” ujar Suwandi.
Kini dengan sebanyak enam puluh Sleekr-mates (sebutan untuk karyawan Sleekr) dengan setengahnya menangani engineering, dalam 1-2 tahun ke depan, Sleekr masih akan agresif menyediakan fitur yang dibutuhkan pelanggan. Suwandi menyatakan bahwa Sleekr adalah perusahaan teknologi yang menempatkan pelanggan sebagai fokus utama. “Apa yang kami lakukan kami yakini haruslah user focused. Kami akan memperbanyak upaya mendengarkan kebutuhan pelanggan dan menyediakan fitur yang paling dibutuhkan,” ujarnya lagi
Ia menyatakan bahwa pada beberapa bulan lalu pihaknya cukup terkejut saat dihubungi sebuah perusahaan yang merupakan perusahaan terbuka, dengan saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. “Awalnya kami berkesimpulan bahwa produk kami tidak akan cocok untuk mereka, tetapi setelah diskusi awal dan pengenalan produk, ternyata mereka memiliki proses HR yang cukup sederhana dan bisa mendapatkan manfaat sangat besar karena memindahkan proses manual ke otomatis seperti di Sleekr,” papar Suwandi.
Ia menyatakan bahwa pada saat bersamaan, pihaknya juga pernah bertemu sebuah perusahaan yang masih baru, dengan jumlah karyawan hanya sebanyak dua belas orang. “Tetapi proses HR-nya ternyata sangat rumit, perhitungan gaji juga menggunakan banyak parameter yang tidak lazim,” kenangnya. Ia menyatakan bahwa berdasarkan pengalamannya ini, pihaknya belajar bahwa ukuran dan usia perusahaan tidak berbanding lurus dengan kompleksitas.
Suwandi menyatakan bahwa di Indonesia, ada beberapa perusahaan yang memberikan penawaran serupa walaupun model bisnisnya tidak persis sama. Menurutnya, model bisnis perusahaan penyedia solusi HR dan accounting yang lebih tradisional umumnya adalah menjual paket software, menjalankan fase implementasi, hingga melakukan maintenance. “Model ini akan tergantikan oleh model bisnis lain yang lebih fair bagi konsumennya, dalam hal ini perusahaan yang membutuhkan solusi HR ataupun accounting,” tandasnya.
Penulis | : | Indah PM |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR