Sejak UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia pada 2 Oktober 2009 silam, sejak saat itu pula bangsa Indonesia memperingati setiap tanggal 2 Oktober sebagai hari batik nasional. Sudah selayaknya pula kita wajib bangga dengan batik.
Berangkat dari sinilah, Maulana Muhammad (Co-Founder & CEO) dan Ignasius Ryan Hasim (Co-Founder & COO) menciptakan Kravasia.com, yakni situs curated marketplace khusus untuk batik, tenun dan produk kerajinan lokal Indonesia. Maulana menyebut, niat mereka menciptakan platform Kravasia.com dilandasi adanya keinginan untuk membantu para pengrajin lokal mengembangkan bisnisnya secara online.
Idenya sendiri berawal ketika ia dan Igna menyempatkan berkeliling Indonesia, khususnya Pulau Jawa untuk menemukan tantangan apa yang dihadapi oleh masyarakat dan apa yang dapat dibantu pada saat itu. Saat mengunjungi desa batik Laweyan di Solo dan desa lainnya di Yogyakarta itulah, tercetus ide untuk melestarikan budaya dan produk lokal Indonesia menggunakan teknologi dan menciptakan platform Kravasia.com.
Bukan Sekadar Marketplace
Pengalaman Maulana sebagai Windows Product Manager di Microsoft Indonesia serta pengalaman Igna di bagian consumer goods perusahaan multinasional P&G pun cukup membuka kejelian mereka terhadap kebutuhan konsumen. Alasan inilah yang membuat mereka merancang Kravasia bukan sekadar sebagai marketplace.
Dari kunjungan Maulana dan Igna ke Solo dan Yogyakarta, mereka melihat produk lokal sulit berkembang karena belum mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Sebagian besar pengrajin masih berjualan di pasar atau toko di pinggir jalan. Padahal lokasi ini tergolong makin sepi pengunjung dan jangkauannya sangat terbatas. Di sinilah Kravasia berperan untuk bukan hanya memasarkan batik secara online dan digital, namun juga memberi pendampingan seperti desain produk, layanan pemotretan produk, manajemen penyimpanan, hingga layanan pengiriman ke luar negeri.
Namun masalah tak berhenti sampai di situ. Maulana menuturkan bahwa seluruh pengrajin yang bergabung di Kravasia rata-rata juga belum melek teknologi, sehingga Kravasia pun melakukan edukasi dan pembinaan kepada setiap pengrajin. “Ternyata masalah utama yang dihadapi pengrajin adalah kesulitan mengembangkan bisnis online karena keterbatasan akses informasi dan promosi produk yang tidak memadai. Permasalahan inilah yang ingin diselesaikan oleh Kravasia,” tutur Maulana.
Berbeda dengan marketplace lainnya, Maulana menyebut, Kravasia sebarang menampilkan produk. Ada standar sendiri dalam penyajian foto. Hal ini menurutnya demi memberikan pengalaman terbaik bagi setiap customer. “Seluruh pengrajin yang dibina memang diseleksi secara ketat dan memunyai konsistensi produksi produk karena dalam usaha dunia kerajinan, sangat sulit untuk melakukan standarisasi kualitas karena rata-rata semuanya masih industri rumahan,” ujar Maulana.
Produk-produk tersebut, imbuh Maulana, juga menjadi keunikan tersendiri di Kravasia. Pasalnya, yang ditampilkan adalah batik, tenun, dan kerajinan dari seluruh Nusantara, mulai dari batik lasem, tenun garut, sampai kain sengkang dari wilayah Sumatera.
Hingga saat ini, tenant yang sudah aktif berjualan di Kravasia mencapai lebih dari 50 brand dengan lebih dari 5.000 varian produk yang dapat dipilih oleh masyarakat. Di tahun ini, Maulana menyebut Kravasia berencana mengembangkan 3-4 kali lipat dari jumlah yang telah dicapai saat ini.
Menjadi Pusat Batik
Penulis | : | Indah PM |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR