Jika dilihat dari tanggal berdirinya, Kravasia memang belum genap berusia satu tahun. Namun, startup yang mulai dijalankan sejak Juni 2016 ini juga tak bisa menghindar dari tantangan. Maulana menuturkan jika tantangan mereka terletak pada dua sisi, baik dari pemasok maupun permintaan. Pada sisi permintaan, pelanggan terbesar mereka masih belum melek teknologi dan terbiasa berbelanja dengan cara konvensional. Sementara dari sisi pemasok, tantangannya adalah konsistensi kualitas produk dari pengrajin yang masih terus ditingkatkan melalui pembinaan.
Tampak optimis, Maulana pun menyebut jika dalam waktu dua tahun, Kravasia memiliki misi menjadi pusat batik, tenun, dan kerajinan tangan yang terbesar di Asia yang mempromosikan produk lokal setiap daerah dan negara.
Sesuai asal nama Kravasia, yaitu craft dan Asia, Kravasia memiliki prinsip untuk dapat menjadi pusat batik di kawasan Asia. “Prinsip kami adalah kami menjalankan Kravasia tidak hanya untuk keuntungan semata tetapi kami mau menjadikan ini juga sebuah gerakan untuk menyelamatkan kebudayaan serta produk lokal Indonesia di tengah perkembangan teknologi,” ujar Maulana.
Untuk mencapai target tersebut, Kravasia terus melakukan pengembangan fitur seperti pengembangan seller center dan peluncuran mobile app. Tujuannya, memudahkan para pengrajin lokal berjualan di Kravasia.com,
Penulis | : | Indah PM |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR