Biaya seringkali menjadi kendala menggapai cita-cita. Startup ini menyediakan layanan pinjaman dana bagi mahasiswa yang terkendala biaya.
Di dunia pendidikan, terdapat sebuah indikator bernama Angka Partisipasi Kasar (APK) yang menunjukkan rasio jumlah pelajar berbanding total kelompok usia di tingkat tertentu. Menurut data Kemristekdikti di tahun 2017, angka APK di level perguruan tinggi di Indonesia hanya sekitar 31,5%. Angka ini tertinggal dibanding beberapa negara tetangga, seperti Malaysia (37%), Thailand (51%), Singapura (82%), atau Korea Selatan (92%).
Ada banyak penyebab rendahnya APK ini, salah satunya biaya. Pada 2017, rata-rata biaya kuliah di Tanah Air mencapai Rp 8,7 juta, naik sekitar 5 persen dibandingkan pada 2016.
Fenomena inilah yang mendorong Susli Lie dan Naga Tan untuk mendirikan Dana Cita. Berbekal pengalaman kerja di dunia finansial di mancanegara, keduanya mengaku memiliki passion untuk membuka akses pendidikan bagi setiap pelajar di Indonesia. “Kami melihat bahwa masih banyak pelajar di Indonesia yang mengalami kesulitan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang tinggi padahal kebutuhan tenaga ahli kian bertambah,” tutur Susli Lie (Founder Dana Cita).
Pinjaman Penuh
Dana Cita pada dasarnya adalah layanan pinjaman dana kuliah bagi mahasiswa. Layanan ini ditujukan bagi mahasiswa yang baru saja diterima di perguruan tinggi maupun mahasiswa yang sudah berkuliah. Pinjamannya mencakup lembaga pendidikan negeri maupun swasta, dari D1 sampai dengan S1, S2, dan juga program non-formal dan kursus pendek.
Mahasiswa yang berniat mengajukan pinjaman bisa langsung mengunjungi situs www.danacita.com untuk mendapatkan formulir pendaftaran. Saat melakukan pinjaman, mahasiswa tersebut harus menyertakan rekan penjamin, apakah itu orang tua atau kerabat yang memenuhi kualifikasi.
Susli menyebut, jumlah pinjaman yang diberikan tergantung dari beberapa faktor. “Selain profil dari penjamin, kami juga melakukan penilaian terhadap potensi pendapatan peminjam di masa depan” ungkap Susli. Jika profil peminjam menjanjikan, jumlah pinjaman yang diberikan bisa mencapai seluruh biaya pendidikan. Sedangkan periode pengembalian pinjaman bisa mencapai dua kali dari periode studi yang tersisa (maksimal 6 tahun).
Jika disetujui, dana pinjaman akan langsung ditransfer ke lembaga pendidikan peminjam. “Pencairan akan dilakukan sesuai dengan jadwal tagihan lembaga pendidikan dan dicairkan langsung ke pihak lembaga,” urai Susli. Adapun bunga pinjaman berkisar antara 1,0%-1,5% (flat) per bulan.
Butuh Sosialisasi
Layanan yang ditawarkan Dana Cita ini terbilang unik karena belum banyak lembaga pembiayaan yang khusus menyasar pinjaman pendidikan. Jika dibandingkan layanan yang telah ada, Susli menyebut beberapa keunggulan Dana Cita ini. “Yang pertama, pinjaman pendidikan ini tidak membutuhkan jaminan” ungkap Susli. Selain itu, besarnya pinjaman juga bisa mencapai 100% kebutuhan mahasiswa dengan waktu pelunasan hingga dua kali masa studi.
Agar komunitas peminjam bisa mendapatkan karir bagus selesai kuliah, Dana Cita juga rutin menyelenggarakan program pengembangan personal dan profesional. “Semua keunggulan tersebut kami kemas untuk mencapai misi kami yaitu ‘Membantu setiap pelajar Indonesia meraih cita-cita mereka’,” ujar Susli.
Namun Susli juga mengakui, solusi alternatif yang ditawarkan Dana Cita masih terbilang baru. “Masih banyak orang yang minim informasi terkait solusi finansial untuk pendidikan tinggi di luar beasiswa” ungkap Susli. Karena itu, lulusan Entrepreneurial Management dari Wharton School, University of Pennsylvania ini mengaku pihaknya terus berusaha mengampanyekan solusi alternatif ini. Salah satunya dengan melakukan kampanye media sosial #BebaskanMimpimu.
“Melalui campaign ini, kami mengirimkan pesan jangan sampai biaya kuliah menjadi alasan banyak anak muda mengubur mimpi mereka untuk menempuh pendidikan tinggi” tambah Susli.
Dalam waktu dekat, Dana Cita juga akan mencoba meningkatkan awareness kepada calon mahasiswa dan pelajar. Susli menyebut akan mengejar kerjasama dengan berbagai PTN dan PTS sambil memperbaharui tingkat layanan dan nilai kompetitif pinjaman. Dana Cita juga melibatkan mahasiswa aktif untuk menjadi Campus Ambassador di berbagai universitas seperti UI, IPB, serta ITB. Peran duta kampus ini adalah membantu menyebarkan informasi tentang produk Dana Cita, sekaligus membangun komunitas di antara peminjam dan calon peminjam.
Melakukan market education itu memang menguras tenaga, namun Susli melihat hal itu harus dilakukan mengingat Dana Cita hadir sebagai pelopor. “Kami adalah sebuah perusahaan dengan visi sosial, sehingga kami percaya inovasi teknologi di bidang finansial dapat digunakan untuk mempermudah akses pendidikan tinggi melalui penggalangan dan penyaluran dana yang lebih cepat, efektif, dan terjangkau bagi peminjam kami,” jelas Susli.
Kiprah Dana Cita yang diawaki enam orang ini pun mendapat banyak dukungan. Selain investor yang menyalurkan dana untuk para peminjam, Dana Cita terpilih oleh Y Combinator, startup accelerator terkemuka di Silicon Valley.
Y Combinator memberikan Dana Cita program akselerasi tiga bulan (dari Januari hingga Maret 2018 kemarin) serta memberikan pendanaan sebesar US$120 ribu. Prestasi ini terbilang membanggakan, mengingat baru ada empat startup dari Indonesia yang terpilih oleh Y Combinator. “Kami berharap bisa tumbuh dan berkembang seperti halnya AirBnB, Dropbox, Reddit hingga Instacart yang merupakan beberapa dari startup unicorn unggulan binaan Y Combinator,” pungkas Susli.
Yang tak kalah penting, Dana Cita berkontribusi membantu anak muda Indonesia menggapai mimpinya.
Penulis | : | Indah PM |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR