Istilah cyber security atau cybersecurity sekarang makin sering terdengar di dunia. Menurut Google Trends, penelusuran akan cyber security memiliki tren yang terus meningkat di dunia sampai saat ini, setidaknya sejak data tahun 2004 yang merupakan data yang paling awal tersedia. Hal itu serupa dengan yang InfoKomputer sampaikan di sini. Sementara, khusus Indonesia, puncak penelusuran akan cyber security adalah pada kuartal pertama tahun 2019 lalu. Meski kini menurun, tetapi dibandingkan lima tahun lalu maupun sebelumnya lagi, penelusuran akan cyber security di tanah air trennya tetap meningkat.
Namun, apa sesungguhnya cyber security alias keamanan siber ini? Mengapa pula sekarang tambah penting?
Menurut ISO (International Organization for Standardization), tepatnya ISO/IEC 27032; mengutip dari sejumlah sumber; cyber security atau cyberspace security adalah preservasi dari kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan informasi di cyberspace. Adapun cyberspace merujuk pada lingkungan yang kompleks yang merupakan hasil dari interaksi antara orang, peranti lunak, dan layanan-layanan internet melalui penggunaan aneka perangkat teknologi dan berbagai koneksi jaringan; lingkungan yang tidak memiliki wujud.
Sementara, menurut Kaspersky; cyber security adalah suatu praktik melindungi para komputer, server, perangkat mobile, sistem elektronik, jaringan, dan data dari serangan-serangan jahat. Begitu pula Cisco yang mendefinisikan cyber security sebagai praktik melindungi berbagai sistem, jaringan, dan program dari serangan-serangan digital.
Jadi, secara ringkas apa sebenarnya cyber security ini?
Cyber security bisa dibilang merupakan tindakan untuk melindungi informasi di dunia maya dari aneka cyber attack alias serangan siber. Secara lebih luas, cyber security adalah tindakan untuk melindungi informasi di dunia maya, tidak hanya dari cyber attack melainkan juga dari berbagai hal lain yang bisa mengganggunya.
Lalu kenapa sekarang cyber security tambah penting?
Bertambah pentingnya cyber security karena sekarang penggunaan komputer serta penggunaan jaringan komputer makin banyak dalam kehidupan umat manusia sehari-hari sehingga membuat tindakan untuk melindunginya, termasuk informasi di dalamnya, dari aneka insiden — cyber security incident — makin penting. Pasalnya, cyber security incident yang dimaksud bisa mengganggu perihal kehidupan tersebut.
Lagi pula, makin lazimnya penggunaan komputer dan jaringannya itu membuatnya makin menarik untuk para cyber attacker alias penyerang siber. Dengan banyaknya yang menggunakan, dampak cyber attack — salah satu cyber security incident — yang berhasil juga menjadi signifikan.
Penggunaan Komputer dan Jaringannya Makin Banyak
Makin banyaknya penggunaan komputer seperti desktop, laptop, smartphone, server, dan perangkat IoT (internet of things) serta penggunaan jaringan komputer seperti internet dalam kehidupan umat manusia sehari-hari misalnya tercermin dari laporan yang dikeluarkan We Are Social dan Hootsuite. Sementara, khusus di Indonesia, hal itu tercermin dari data BPS (Badan Pusat Statistik).
Menurut We Are Social dan Hootsuite, pada tahun 2022 sejauh ini, sekitar 5 miliar penduduk dunia adalah pengguna internet atau sekitar 63% dari populasi dunia adalah pengguna internet. Sebelumnya, pada awal tahun 2018, We Are Social dan Hootsuite menyebutkan sekitar 4,021 miliar penduduk dunia adalah pengguna internet atau sekitar 53% dari populasi dunia adalah pengguna internet. Jadi bisa dibilang, dalam waktu sekitar 4 tahun, jumlah pengguna internet di dunia bertambah hampir 1 miliar.
Sementara, di Indonesia, menurut data BPS, proporsi individu yang menggunakan internet di tanah air pada tahun 2019 adalah sebanyak 47,69% populasi. Sebelumnya, proporsi individu yang menggunakan internet di tanah air yang dimaksud pada tahun 2017 hanya sebanyak 32,34% populasi. Adapun menurut data BPS, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2019 diperkirakan sejumlah 266,9 juta jiwa, sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2017 diperkirakan sejumlah 261,9 juta jiwa. Dengan kata lain, dalam waktu sekitar 2 tahun, jumlah pengguna internet di Indonesia bertambah sekitar 42,6 juta individu.
Jumlah Cyber Attack Meningkat dan Dampaknya Besar
Begitu pula jumlah cyber attack yang meningkat, baik di dunia maupun di Indonesia, setidaknya menurut beberapa pihak. Di dunia misalnya terlihat dari laporan CPR (Check Point Research) dan Deep Instinct, sedangkan di Indonesia terlihat dari laporan BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara).
Menurut CPR, pada tahun 2021, jumlah cyber attack pada jaringan perusahaan setiap minggunya mengalami peningkatan sebesar 50% dibandingkan sebelumnya. Sementara, Menurut Deep Instinct, jumlah cyber attack menggunakan malware mengalami peningkatan sebesar 358% pada tahun 2020 dibandingkan tahun 2019. Khusus ransomware, peningkatannya sebanyak 435% pada tahun 2020 dibandingkan sebelumnya.
Adapun menurut BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara), pada Januari sampai Mei 2021 terdapat cyber attack dengan jumlah sekitar 480 juta di Indonesia. Padahal, sebelumnya pada tahun 2020, jumlah cyber attack yang tercatat sekitar 495 juta. Dengan kata lain, tak sampai semester pertama tahun 2021 selesai, jumlah cyber attack yang tercatat oleh BSSN di Indonesia sudah sangat mendekati jumlah sepanjang tahun 2020.
Tak sekadar jumlah cyber attack yang meningkat, kerugian yang dihasilkan cyber attack pun besar. Ambil contoh WannaCry yang sempat menghebohkan dunia beberapa tahun lalu. Menurut Kaspersky, WannaCry mengakibatkan kerugian setidaknya US$4 miliar secara global. WannaCry menginfeksi lebih dari 230.000 perangkat di 150 negara.
Atau dugaan cyber attack yang dialami Acer pada Maret 2021 lalu. Acer memang tidak mengonfirmasi dugaan tersebut, tetapi juga tidak menyatakan bahwa dugaan itu adalah salah. Andai benar, cyber attack oleh REvil terhadap Acer ini melibatkan permintaan ransom alias tebusan sebesar US$50 juta. Bukan sekadar besar, menurut BleepingComputer, US$50 juta adalah nilai tebusan tertinggi yang diketahui saat itu; tidak semua perihal tebusan ransomware dibuka ke publik.
Spesifik Indonesia, mengutip Microsoft, berdasarkan studi Frost & Sullivan yang dilakukan pada tahun 2018, potensi kerugian ekonomi di Indonesia yang diakibatkan oleh cyber attack yang berhasil bisa mencapai US$34,2 miliar. Besarnya nilai kerugian tersebut adalah lebih dari 3% PDB Indonesia pada tahun 2018.