Aplikasi pesan instan Telegram meluncurkan layanan terbaru Telegram Premium versi beta yang memungkinkan pengguna membayar terlebih dahulu untuk menggunakannya.
Hal itu dikarenakan adanya set stiker dan emoji yang bisa diakses hanya lewat langganan berbayar.
Tentunya, stiker itu tidak bisa diakses oleh pengguna yang tak berbayar dan sistem akan mengarahkan pengguna yang tak berbayar untuk berlangganan terlebih dahulu. Telegram Premium versi beta muncul di App Store Apple dengan versi 8.7.2.
Bocoran lainnya, Telegram akan menyematkan fitur-fitur lainnya ke layanan Telegram Premium seperti akses aset kripto, fitur chatbot, hingga siaran langsung seperti dikutip The Verge.
Pendiri Telegram Pavel Durov sendiri memiliki rencana supaya Telegram meraup pendapatan pada 2021.
Karena itu, Telegram terus memonetisasi layanannya mulai dari menghadirkan Telegram Premium hingga aplikasi super yang memungkinkan pengguna menggunakan banyak layanan dari satu aplikasi.
Telegram yakin layanan berbayarnya itu akan mendapatkan respon positif karena Telegram telah memiliki 500 juta pengguna di layanannya.
TON
Telegram melihat mata uang kripto memiliki prospek penting di masa depan. Karena itu, Telegram menghadirkan layanan yang memungkinkan penggunanya dapa mengirimkan
aset kripto dalam bentuk Toncoin.
Toncoin sendiri berasal dari TON (The Open Network) dan transaksi pengiriman antarpengguna lewat Telegram akan berlangsung tanpa biaya tambahan.
Cara kerjanya, transaksi pengiriman aset kripto di Telegram itu mengharuskan pengguna terkoneksi dengan bot Wallet Telegram lalu pengguna bisa menuju pilihan "Lampiran Anda".
Anda juga dapat memilih opsi 'Beli Aset Kripto dengan kartu, tukar, atau transfer ke dompet lain'.
Saat Anda menginginkan untuk mengirim aset kripto, pengguna bisa mengambilnya dari dompet elektronik Telegram lalu masukkan jumlah aset yang ingin ditransaksikan setelah itu pilih opsi "Kirim".
Anda pun dapat mengirimkan Toncoin lewat obrolan di Telegram seperti dikutip The Verge.
Toncoin adalah salah satu program Telegram dalam mengembangkan operasi aset kriptonya yang pada 2020 ditutup imbas tekanan dari Securities and Exchange Commission (SEC).
Proyek awal itu sebelumnya dikenal dengan nama Telegram Open Network (TON) yang dikembangkan oleh CEO Telegram Pavel Durov dan koleganya Nikolai pada 2018.
Kemudian, proyek itu diminta dihentikan operasinya oleh SEC karena Telegram gagal mendaftarkan USD 1,7 miliar penjualannya dalam bagian Penawaran Koin Pra-initial (ICO).
Meski ditinggalkan Telegram, pengembang lainnya mencoba mempertahankan blockchain tersebut dan mengubahnya menjadi The Open Network (TON) versi baru.
KOMENTAR