Pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) telah merambah ke berbagai bidang. Tak terkecuali penerapan AI dalam situasi konflik, seperti perang Ukraina yang masih berlangsung saat ini.
Perang adalah satu hal yang tidak pernah diinginkan oleh siapapun karena hanya mendatangkan kesengsaraan dan kesedihan. Namun ternyata perang berperan penting dalam kemajuan teknologi. Medan perang kerap dimanfaatkan sebagai arena uji coba atau testing ground bagi teknologi-teknologi baru, termasuk AI.
Penerapan teknologi AI dalam situasi perang ini sebenarnya mengundang kekhawatiran berbagai pihak, seperti kelompok masyarakat sipil dan para peneliti AI. Siapa yang tak ngeri dengan sistem senjata otonom (autonomous weapon) yang ditenagai AI sehingga mampu memilih target dan membunuh orang tanpa pengawasan manusia?
Namun saat ini kita masih bisa bernafas lega karena senjata-senjata semacam itu masih membutuhkan waktu lebih lama untuk pengembangannya. Kita tidak akan melihat kawanan drone dikerahkan sebagai slaughter bot alias bot pembunuh. Namun, dari beberapa pemanfaatan AI dalam situasi konflik berikut, ada pula yang berpotensi membahayakan nyawa orang yang tidak bersalah.
Mengidentifikasi Korban Perang
Pada bulan Maret, perusahaan pengembang solusi face recognition berbasis AI, Clearview AI mengumumkan telah memberikan solusinya untuk digunakan oleh Pemerintah Ukraina.
Siapa itu Clearview? BBC menyebut sistem facial recognition yang dikembangkan Clearview sebagai teknologi paling terkenal, sekaligus kontroversial. Clearview mengambil miliaran foto dari media sosial, seperti Facebook dan Twitter, untuk membangun sebuah database raksasa yang berada di belakang sistem yang dikembangkannya.
CEO & Founder Clearview, Hoan Ton-That menyebut sistem buatannya itu sebagai "a search engine for faces". Cara kerjanya mirip mesin pencari Google. Namun alih-alih mengetikkan kata atau teks saat melakukan pencarian, pengguna harus mengunggah foto wajah.
Disebut kontroversial karena Clearview harus berurusan dengan pengadilan karena penggunaan teknologinya ini. Facebook, YouTube, Google, dan Twitter telah mengirimkan surat dari pengadilan yang meminta Clearview tidak lagi menggunakan foto dan gambar dari website mereka.
Kembali ke konflik antara Rusia dan Ukraina, teknologi Clearview dimanfaatkan militer Ukraina untuk mengidentifikasi jenazah yang ditemukan di medan perang. Foto wajah korban yang ditemukan akan diunggah ke Clearview dan dicocokkan dengan foto-foto di database Clearview.
Identifikasi Penyusup
Informasi lain dari Clearview menyebutkan bahwa Ukraina disinyalir juga memanfaatkan teknologi ini untuk mengidentifikasi manusia yang masih hidup. Teknologi facial recognition Clearview digunakan, antara lain di pos-pos pemeriksaan, untuk membantu mengidentifikasi jika ada penyusup yang memasuki wilayah Ukraina.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR