Kegembiraan masyarakat sontak merebak begitu pemerintah membuka “pintu” mudik massal di Lebaran kemarin. Kegembiraan pun segera berubah jadi euforia setelah dua tahun masyarakat dilarang mudik massal akibat pandemi COVID-19.
Sebagai penyedia salah satu moda transportasi favorit masyarakat untuk mudik, PT Kereta Api Indonesia (Persero), atau PT KAI, harus mengantisipasi luapan kegembiraan masyarakat ini.
“Animo masyarakat untuk naik kereta api pada Lebaran tahun ini memang cukup tinggi. Pengguna kereta api jarak jauh selama 22 hari masa angkutan Lebaran kemarin mencapai hampir 2,5 juta penumpang, atau 90 persen dari total kapasitas tempat duduk yang disediakan,” ungkap Endro Rahardjo, Kepala Divisi Teknologi Informasi, PT KAI.
Dengan jumlah pengguna kereta api lokal yang mencapai 1,8 juta penumpang, jumlah total pengguna jasa kereta api selama musim mudik Lebaran 2022 mencapai lebih dari empat juta. “Jumlah itu melebihi target yang diprogramkan, yaitu 3,1 juta penumpang, atau mencapai 139 persen (dari target, red.),” ujar Endro dalam sebuah wawancara khusus secara virtual dengan InfoKomputer.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam rangka mudik, PT KAI pun menambah jumlah sebanyak 48 perjalanan KA jarak jauh setiap harinya sehingga mencapai total 214 perjalanan selama masa angkutan Lebaran.
Namun angka-angka tersebut, menurut Endro belum mencapai volume seperti sebelum pandemi. Ia memamparkan, jumlah pengguna moda transportasi kereta api di musim mudik 2019 mencapai angkat 6,84 juta. “Jadi tahun ini baru mencapai 64 persen dari angka di tahun 2019,” imbuhnya.
Mengatasi Gangguan dengan Cepat
Dalam mendukung kesuksesan pelayanan angkutan Lebaran, kerja Divisi Teknologi Informasi PT KAI dimulai bahkan jauh sebelum keriuhan mudik dimulai.
“Kalau perjalanan (kereta api) itu ramainya ketika beberapa hari sebelum dan sesudah Lebaran. Sementara penjualan tiket itu 40 hari di muka, jadi ramainya (pembelian tiket) ketika H-40,” cerita Endro. Praktis tim TI pun harus siap mengantisipasi lonjakan pada sistem jauh sebelum H-40 sebelum periode angkutan Lebaran 2022 yang ditetapkan KAI antara tanggal 22 April sampai 13 Mei 2022 lalu.
Profesional TI yang hampir tiga dekade berkarir di PT KAI ini menjelaskan, tugas timnya adalah menjaga dan memastikan pelayanan TI tetap berjalan dengan normal, tanpa gangguan. “Sehingga kebutuhan pelanggan terpenuhi, yaitu ketika pesan tiket, cetak tiket, dan boarding di stasiun. Itu semua bisa berjalan normal,” ujar Endro.
Walhasil, tim TI harus menyiapkan keandalan infrastruktur TI KAI untuk mendukung operasional seperti aplikasi ticketing system, aplikasi KAI Access, dan sistem yang ada di loket-loket di setiap stasiun.
Karena aplikasi dan sistem KAI terhubung dengan aplikasi dan pihak eksternal, misalnya PeduliLindungi dan mitra B2B untuk penjualan tiket, Endro dan timnya juga harus memantau dan memastikan tidak ada gangguan pada integrasi sistem.
“Kami juga harus menjamin keandalan jaringan, alat-alat kerja karyawan, alat-alat yang digunakan petugas operasional di lapangan. Selain itu kami pun harus melakuan monitoring untuk perjalanan kereta api,” jelas Endro.
Saat ini, PT KAI sudah memanfaatkan Internet of Things (IoT) memantau posisi kereta api dan dan kecepatan kereta api. “Kami dapat memantau setiap loko di pusat kendali kereta api. Kami bisa memantau posisi, kecepatan, dan krunya,” imbuh Endro. Sebagai informasi, IoT juga dimanfaatkan PT KAI untuk memantau genset di kereta api, bekerja sama dengan pihak ketiga.
PT KAI juga menaikkan kapasitas bandwidth hingga dua kali lipat untuk mengantisipasi lonjakan traffic di musim mudik lalu. Sementara untuk sumber daya komputasi, tim TI melakukan capacity planning berdasarkan pengalaman di tahun-tahun sebelumnya. Meski belum menggunakan cloud computing untuk kebutuhan komputasi sistem e-ticketing, PT KAI sudah memanfaatkan teknologi virtualisasi di data center-nya sehingga penambahan virtual machine dapat dengan mudah dilakukan.
“Menangani dan mengatasi gangguan dengan cepat.” Terdengar simpel, tapi inilah tantangan terbesar bagi tim TI KAI karena menyangkut pengalaman pelanggan. Apalagi di tengah keterbatasan personil di lapangan dan gangguan yang seringkali datang tanpa bisa diprediksi.
“IT juga kadang-kadang punya andil dalam keterlambatan KA, misalnya ketika ada gangguan monitor IoT, atau gangguan di sistem tiket sehingga kereta tertunda keberangkatannya. Namun, alhamdulillah, selama angkutan Lebaran kemarin sangat minim sekali gangguna yang terkait IT,” ujarnya lagi.
Dalam upayanya untuk mengatasi gangguan, selain mengoptimalkan personil, Divisi TI KAI memanfaatkan tool untuk remote troubleshooting dan mencadangkan perlatan pengganti portabel yang mungkin dibutuhkan di stasiun-stasiun besar.
Garap Transformasi Digital dan Data Analytics
Lepas dari kesibukannya memantau posko-posko di jalur mudik, pria yang memperoleh kesempatan tour of duty ke berbagai divisi ini kembali memfokuskan perhatiannya pada transformasi digital di PT KAI.
Endro memaparkan, transformasi digital ini akan merambah ke semua unit yang ada di perusahaan. “Dulu memang sistem ticketing yang paling kedengaran ketika bicara digitalisasi di PT KAI. Sekarang kami ingin transformasi digital ini juga menyentuh misalnya angkutan barang, perawatan, sarana, termasuk semua proses bisnis yang ada,” ujarnya.
Angkutan barang, misalnya, menjadi salah satu target digitalisasi. Selain karena merupakan bagian utama dari bisnis PT KAI, bisnis angkutan barang ini termasuk salah satu tulang punggung perusahaan saat pandemi.
“Tahun 2019, angkutan penumpang yang terbesar. Namun sejak pandemi, angkutan barang lah yang masih memegang pendapatan besar. Untuk itu kami dukung juga dengan penggunaan teknologi,” imbuh Endro. Salah satu sistem yang sudah diimplementasikan untuk mendukung angkutan barang adalah sistem operasional dan pengelolaan bernama Rail Cargo Sistem (RCS).
Saat ini perusahaan baru saja melewati fase diagnostik untuk memetakan segala kebutuhan transformasi di setiap unit. Fase selanjutnya, menurut Endro, adalah implementasi. “Fase implementasi ini akan cukup panjang, 1-2 tahun ke depan. Kami akan tahapkan use case-use case apa yang dapat menambah pendapatan atau meingkatkan eisiensi. Dan tentunya kami selaraskan juga dengan RJPP PT KAI yang ada sekarang,” jelas Endro.
Mimpi besar lain yang ingin ia wujudkan dalam waktu dekat adalah implementasi big data analytics. “Ini sedang dalam proses dan cukup krusial serta sangat dibutuhkan perusahaan. Kami punya banyak data tapi ternyata kami belum memanfaatkannya secara optimal,” cetusnya.
Setelah big data analytics terimplementasi, Endro membeberkan rencana untuk memadukan big data analytics dengan teknologi artificial intelligence (AI), terutama untuk kepentingan pemeliharaan.
“Dua pekerjaan besar ini harus bisa terlaksana, dan tidak hanya IT yang bergerak tapi pasti IT menjadi salah satu motor penggerak kedua projek ini yang akan mulai memasuki tahap implementasi,” pungkasnya.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR