Namun, menurut Aruba, ketika lebih ditelusuri secara mendalam, terungkap hambatan yang lebih fundamental, yaitu kurangnya pemahaman yang menyeluruh mengenai NaaS. Meskipun 100% pemimpin teknologi mengatakan sudah familiar dengan istilah NaaS, hanya 67% yang mengklaim benar-benar memahami arti sebenarnya dari NaaS.
Meski sebagian besar perusahaan yang membicarakan mengenai NaaS mengerti apa arti NaaS (68%), adanya kesenjangan edukasi masih terlihat dalam persepsi mengenai daya saing NaaS. Hanya 27% dari para pemimpin teknologi yang melihat NaaS sebagai solusi yang mapan dan memiliki viabilitas. Sisanya antara menganggap NaaS sebagai sebuah konsep untuk mencari market (40%) atau sebagai awalan belaka (33%).
“Di saat kita bangkit dari pandemi, kebutuhan akan kelincahan dan fleksibilitas dalam kepemilikan dan operasional jaringan menjadi sangat besar,” ujar Justin Chiah, Senior Director, South East Asia, Taiwan, and Hong Kong (SEATH) di Aruba, perusahaan Hewlett Packard Enterprise.
“Kita tahu bahwa NaaS bisa memberikan fleksibilitas besar yang dibutuhkan oleh banyak perusahaan pada saat pemulihan dan selanjutnya, serta memecahkan berbagai masalah, mulai dari masalah keamanan dan skalabilitas, hingga penghematan yang signifikan. Meski sebagian besar perusahaan sudah tahu manfaat NaaS, ada kesenjangan edukasi tentang viabilitas NaaS. Dengan demikian, kita harus fokus untuk menjembatani kesenjangan ini sehingga perusahaan-perusahaan bisa meraih potensi NaaS sepenuhnya,” pungkasnya.
Hasil riset selengkapnya dapat dilihat di sini.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR