Bunyi tabuhan kendang, gamelan, dan gong terdengar jelas di Desa Siman, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Di tengah lapangan, tampak dua penari Barongan mengibaskan topeng besar kepala harimau yang dihiasi bulu burung merak, meliuk-liuk dengan lincah seirama iringan gendang, tiupan seruling, dan teriakan “Hok’e… Hok’e… Haaa...” dari para penyanyinya.
Itulah reog, pertunjukkan khas Kabupaten Ponorogo.
Bagi masyarakat Kabupaten Ponorogo, reog bukan hanya sekadar seni pertunjukan yang dipertontonkan di acara-acara besar. Reog sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari yang tidak terpisahkan dari masyarakat Ponorogo. Dari kecil, masyarakat kabupaten yang berbatasan dengan Madiun ini sudah belajar tarian ini. Setiap hajatan atau acara, termasuk di pesta pernikahan seperti ini, reog menjadi hiburan utama.
Seperti yang dikatakan oleh Hari Purnomo alias Mbah Pur, sesepuh warok (salah satu penari reog) di Ponorogo, “Bukan hanya mendarah daging, reog ini yo benar-benar dicintai oleh masyarakat Ponorogo. Buktinya, yo banyak seniman tua yang masih menyimpan dengan baik topeng reog mereka.”
Mbah Pur yang sudah menekuni seni reog sejak 1999 ini menceritakan bahwa reog yang punya banyak versi cerita ini sebenarnya adalah sarana untuk mempererat tali silaturahmi antarmasyarakat.
Rencana Besar Mempopulerkan Reog
Ditemui di ruang kerjanya, Bupati Ponorogo H. Sugiri Sancoko, SE., MM. mengatakan bahwa reog memang menjadi potensi utama Kabupaten Ponorogo. Itu sebabnya, reog dijadikan daya tarik sekaligus branding kota ini. Reog pun menjadi bagian tak terpisahkan dari rencana smart city Kabupaten Ponorogo yang menjadi bagian dari Gerakan Menuju Smart City 2022.
“Reog melekat erat dengan Ponorogo. Walaupun di negara-negara lain banyak pertunjukan reog, tapi asalnya dari Ponorogo,” tuturnya.
Ia menambahkan, “Kami sadar Ponorogo ini penuh dengan kentalnya budaya. Kami kuat sekali di budaya. Ini kami jadikan rujukan untuk membangun Ponorogo. Tapi kami tidak ingin reog hanya ditampilkan begitu saja, harus ada proyeksi masa depan agar anak cucu kami makin mencintai dan bangga dengan reog ini”
Karena itu, pemerintah Kabupaten Ponorogo berusaha mengadakan pertunjukan reog, mulai dari Reog Mini untuk anak-anak yang masih duduk di bangku TK dan sekolah dasar hingga ke event besar Grebeg Suro yang menjadi agenda tahunan Kabupaten Ponorogo.
Bukan hanya itu. Bupati Ponorogo juga memiliki rencana untuk membangun Monumen Reog setinggi 126 meter yang berlokasi di Gunung Gamping. Selain monumen, di sana nantinya akan ada museum budaya dan teater untuk pementasan reog.
Museum Budaya Reog ini juga menjadi upaya untuk menggaet wisatawan dari daerah lain, yang selama ini belum tertarik datang ke Ponorogo. Diakui Kang Giri–sapaan akrabnya, Kabupaten Ponorogo tidak terletak di lokasi strategis. Kabupaten ini tidak dilalui tol dan bukan merupakan jalur utama dari Surabaya menuju kota-kota lainnya. Itu sebabnya, pemerintah perlu melakukan beberapa hal untuk menggaet wisatawan.
Sambutan Hangat dari Seniman
Rencana Bupati ini mendapat sambutan hangat dari para seniman yang terlibat dalam reog, termasuk Mbah Pur. Menurutnya, branding Ponorogo sebagai Kota Reog dan beberapa program berbasis budaya ini dapat membangkitkan kembali reog yang sempat terpuruk akibat pandemi.
Bukan hanya Mbah Pur, Mohammad Jaenuri yang merupakan pembuat topeng Bujang Ganong (penari dalam seni reog) mendukung program bupati ini, karena menurutnya jika Reog makin berkembang dan dikenal orang banyak, akan berimbas langsung ke ekonomi masyarakat, termasuk seniman dan perajin.
“Idenya bagus. Makin banyak pertunjukan reog makin meningkat ekonomi kami. Karena itu sejak anak-anak, dari kecil, harus kita arahkan lah ke reog ini,” tutur pria yang telah membuat topeng Bujang Ganong sejak 10 tahun silam ini.
Senada dengan Jaenuri, Yosika yang merupakan penari Bujang Ganong juga mendukung upaya pemerintah. Menurut pria yang juga seorang YouTuber ini, branding Ponorogo sebagai Kota Reog membuat seniman makin bangga dengan kesenian yang sudah turun temurun ada di kota ini.
Ia juga berharap, setiap acara di Ponorogo menampilkan reog sehingga image dan branding Ponorogo sebagai Kota Reog semakin kental terasa.
“Jangan tampilkan kesenian lain, apalagi kesenian dari luar negeri,” ungkapnya.
Reog inilah yang salah satunya akan diangkat pemerintah Kabupaten Ponorogo di dalam masterplan Smart City dalam Gerakan Menuju Smart City yang digagas Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Melalui gerakan ini, pemerintah Kabupaten Ponorogo akan mendapat bimbingan untuk berinovasi dan memanfaatkan teknologi untuk kemajuan daerahnya.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR