Transformasi digital dan manfaat dari aplikasi baru, seperti metaverse, mendapat sambutan paling antusias di kawasan Asia Tenggara, menurut hasil riset VMware Digital Frontiers 4.0.
Namun sisi keamanan dan kerahasiaan data akibat transformasi digital pun diungkap dalam riset tahunan VMware ini. Konsumen juga mengutarakan kekhawatiran dalam hal kesenjangan antara kalangan yang melek teknologi dan yang memiliki kerentanan tinggi.
“Transformasi digital bukan sekadar menjadi kriteria dalam sebuah bisnis masa kini. Bagi bisnis, maknanya lebih ke filosofis,” ujar Paul Simos, Vice President and Managing Director, Southeast Asia and Korea, VMware.
Paul menekankan, agar pertumbuhan terus melaju, perusahaan harus mendukung terwujudnya inovasi digital dengan kendali penuh di tangan enterprise dengan memberikan otonomi bagi para pengembang, meningkatkan produktivitas karyawan, serta dengan kontrol yang tinggi bagi bisnis.
Menurutnya, perusahaan harus lebih ketat dalam menghadirkan penawaran-penawaran digital yang aman dan lancar bagi pengguna akhirnya seiring bermunculannya inovasi-inovasi baru yang disruptif di sektor industri.
Lebih dari tiga perempat (76,2%) responden di AsiaTenggara meyakini bahwa teknologi adalah enabler bukan kendala bagi masyarakat selama pandemi COVID-19. Persentase ini 4% lebih tinggi dari angka rata-rata global.
Keyakinan tersebut bahkan lebih tinggi di Indonesia dengan 78% konsumen berpendapat bahwa teknologi adalah enabler penting bagi terkoneksinya masyarakat selama pandemi berlangsung.
Bagi 78% responden Indonesia, teknologi memiliki andil penting dalam kemajuan digital bangsa, terutama melalui terciptanya peluang-peluang kerja baru maupun taraf kehidupan yang meningkat. Sementara 60% meyakini akan pentingnya peran teknologi-teknologi mutakhir dalam turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sebanyak 77% konsumen di kawasan ini menyatakan telah melihat kemajuan dari proses digitalisasi. Persentase ini menjadi yang tertinggi di kawasan Asia Pasifik dan Jepang karena di Korea hanya 66,5% dan di Jepang bahkan hanya 48% konsumen yang menyatakan hal tersebut.
Berbicara tentang pengalaman digital yang semakin baik, Korea Selatan lah juaranya dengan 64% responden memperlihatkan antusiasme dan kesiapan tinggi. Sementara di Asia Tenggara, sebanyak 62% responden saja yang merasakan adanya pengalaman digital yang semakin baik dalam kehidupan mereka.
Di Indonesia, konsumen menaruh kepercayaan tinggi digitalisasi pada institusi pendidikan (60%), disusul pada organisasi yang menyelenggarakan model kerja di ruang digital (47%), kemudian pada institusi pemerintahan (40%)
Metaverse, Telemedisin Disambut Antusias
Riset VMware juga menemukan, konsumen dari Asia Tenggara menunjukkan antusiasmenya dalam menerima kehadiran transformasi digital. Salah satu indikatornya adalah kesiapan 51% responden untuk menyambut kehadiran layanan kesehatan dan kedaruratan berbasis robot. Di tingkat global angkanya malah lebih rendah, yaitu 42%.
Meski tak setinggi persentase di kawasan, 34% responden Indonesia antusias untuk melakukan konsultasi medis secara virtual. Hal ini terutama jika layanan tersebut mampu memangkas waktu tunggu di klinik. Angka yang disampaikan oleh responden Indonesia menjadi yang tertinggi kedua di regional, setelah Malaysia.
Tak hanya layanan kesehatan, sebanyak 40% konsumen dari Asia Tenggara juga yakin bahwa metaverse akan diminati masyarakat. Di Indonesia pun metaverse diyakini 38% konsumen akan membawa manfaat bagi masyarakat di masa depan. Dan angka ini 9% leibh tinggi dari angka rata-rata global.
Sebanyak 36% responden dari kawasan Asia Tenggara merasa tidak masalah jika harus menghabiskan waktu lebih untuk menyelami dunia metaverse dari pada dunia nyata. Sementara di Korea, peminat metaverse justru lebih rendah, yaitu 24%.
Konsumen Berharap AI untuk Lindungi Data
Selain paling antusias dan yakin dengan kehadiran berbagai teknologi baru dalam kehidupan sehari-hari, konsumen dari Asia Tenggara juga memiliki ekspektasi lebih tinggi terhadap bisnis dan digitalisasinya.
Hampir separuh (49%) responden Asia Tenggara dan 46% di Korea tak segan-segan untuk beralih menggunakan layanan dari penyedia lain jika dalam layanan yang lama mereka masih diharuskan mengunjungi kantor fisik untuk menyelesaikan rutinitas, seperti mengisi formulir kertas, dan lain-lain. Sementara di tingkat global, persentasenya sebesar 38%.
Khususnya di Indonesia, 58% responden merasa antusias dengan makin meluasnya penggunaan kendaraan elektronik terutama dalam rangka memangkas emisi di bidang transportasi di wilayah-wilayah urban. Angka ini merupakan yang tertinggi di regional.
Sementara itu, 60% responden dari Asia Tenggara berharap penyedia layanan mulai memanfaatkan teknologi mutakhir Artificial Intelligence dan Machine Learning dalam melindungi data pribadi mereka.
Secara khusus 63% responden Indonesia berharap para penyedia layanan keuangan mulai menggunakan teknologi, seperti artificial intelligence dan machine learning, untuk melindungi data maupun dana mereka. Angka ini merupakan tertinggi kedua di regional, setelah Thailand.
Khawatirkan Kerahasiaan Data
Seperti hasil tahun lalu, kerahasiaan dan keamanan data pribadi masih menjadi isu terpenting bagi konsumen di kawasan Asia Tenggara.
Misalnya, sebanyak 72% responden Singapura merasa selama ini tak tahu bagaimana data mereka digunakan dan siapa saja yang bisa mengaksesnya. Sementara responden Malaysia (32%) paling takut kehilangan privasi terhadap data pribadi atau bahkan data mereka diretas oleh organisasi yang bisa mengakses ke data pribadi mereka.
Sedangkan kekhawatiran terbesar konsumen Indonesia pada teknologi adalah kerahasiaan data akibat terlalu banyak akses ke data pribadi oleh organisasi (29%), kemudian kekhawatiran soal hilangnya data akibat ulah kejahatan (24%).
Namun yang menarik, meski memiliki kekhawatiran tinggi, hanya 46% responden Asia Tenggara menginginkan transparansi penggunaan data oleh pemerintah dan organisasi. Persentase ini sedikit lebih tinggi dari Jepang (37%) tapi lebih rendah dari angka rata-rata global 51%.
Konsumen Soroti Pemerataan Konektivitas
Akselerasi pengadopsian teknologi ini ternyata juga menimbulkan kekhawatiran tersendiri terkait dengan kian melebarnya kesenjangan digital. Sebanyak 67% responden Asia Tenggara khawatir kerabat usia lanjut tidak mampu lagi mengikuti perkembangan dunia digital. Kekhawatiran tertinggi ditemukan di Singapura (75%) dan Thailand (70%).
Mayoritas responden di kawasan ini juga sependapat tentang perlunya meningkatkan konektivitas di kawasan rural agar masyarakat benar-benar bisa mengikuti perkembangan dunia digital, khususnya di Indonesia (81%), Filipina (78%) dan Thailand (74%). Angka di Indonesia adalah tertinggi di regional.
Agar teknologi bisa dimanfaatkan secara lebih optimal, pemerintah bersama-sama dengan organisasi hendaknya perlu bergandengan tangan menyusun kembali strategi dalam upaya mewujudkan masyarakat yang kian digital seutuhnya.
Seiring pesatnya pertumbuhan ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara pasca pandemi, kebutuhan transformasi bisnis pun terus meningkat. Dalam rangka mempercepat pengembangan digitalisasi pada lingkungan bisnis, VMware melihat perlunya pendekatan baru yang mampu memperkuat organisasi dalam menghadirkan pengalaman digital di segala jenis cloud, aplikasi, maupun perangkat secara aman.
VMware menggarisbawahi tiga hal pokok yang harus diprioritaskan bisnis untuk memperkokoh keberlangsungan transformasi digital di kawasan regional menuju terwujudnya perekonomian yang makin tangguh, inklusif, dan berbasis pada inovasi.
1. Memanfaatkan multi cloud dan aplikasi untuk menciptakan agility yang tinggi di lingkungan TI secara konsisten dan aman sehingga memacu tumbuhnya inovasi secara berkesinambungan.
2. Menghadirkan pengalaman digital yang aman dan tanpa gangguan bagi karyawan dengan memanfatkan solusi workforce yang berorientasi masa depan sehingga mendorong pertumbuhan inovasi dan produktivitas di lingkungan workforce yang semakin terdistribusi.
3. Mewujudkan resiliensi bisnis dan pertumbuhan inovasi yang makin cepat dengan menerapkan pendekatan intrinsik pada aristektur keamanan informasi di perusahaan sehingga makin memperkokoh upaya perlindungan pada operasi-operasi dan infrastruktur-infrastruktur krusial.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR