Tenaga pendidik juga merasa lebih mudah untuk membagikan materi belajar online dengan satu sama lain dan berkolaborasi mengenai cara terbaik untuk mengajar jarak jauh.
Kesetaraan akses masih menjadi isu penting: Seluruh institusi pendidikan yang diwawancarai menyampaikan bahwa beberapa pelajar mengalami kesulitan terhubung atau tidak memiliki perangkat yang layak untuk memperoleh keterlibatan lebih tinggi saat belajar online.
Meski hal ini menjadi persoalan investasi nasional dalam infrastruktur, beberapa sekolah melakukan perubahan terhadap bagaimana mereka menghemat kuota saat mengajar secara digital, seperti penggunaan videoyang lebih pendek dan berukuran kecil, serta materi belajar yang telah dikompresi.
Pembentukan norma sosial baru dalam timeshifted learning: Banyak institusi kesulitan menyeimbangkan kesediaan waktu tenaga pendidik dengan ekspektasipelajar, mengingat para pelajar menerapkan norma sosial digital terhadap caraberkomunikasi dengan teman-teman mereka, serta interaksi dengan tenaga pendidik.
Hal ini menetapkan ekspektasi yang tidak realistis bagi tenaga pendidik untuk merespon pesan larut malam. Maka dari itu, penting untuk berinvestasi dalam solusi pendidikan yang mendukung timeshifted learning melalui berbagai medium komunikasi.
Kebutuhan untuk memprioritaskan pengembangan profesional para tenaga pendidik: Institusi yang tertinggal dalam pemanfaatan teknologi menemukan bahwakendala waktu untuk pengembangan profesional menjadi isu yang paling parah. Kebiasaan suatu generasi dalam mengajar juga turut menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan tenaga pendidik yang berusia lanjut enggan menerima pelatihan untuk menggunakan perangkat digital.
Namun, banyak tenaga pendidik yang menunjukkan bahwa mereka ingin terus menerima pengembangan profesional dari jarak jauh, yang telah mereka alami selama pandemi.
KOMENTAR